Ungkapan Mutiara

Kita seperti teko, apa yang dikeluarkan maka seperti itulah di dalamnya. Maka berjanjilah untuk selalu membahagiakan orang lain, karena dengan begitu kita membahagiakan hidup kita sendiri (Rosa Rahmania))

Memberi sebanyak yang kita mampu, lalu kita akan menerima sebanyak yang kita butuhkan! InsyaAllah(Luluk Evi Syukur)

Ide-ide gila, butuh orang gila juga untuk mewujudkan semuanya. Demi bumi dan isinyam, baiklah. (Ana Falasthien Tahta Alfina)

Selagi sabar itu ada dalam diri maka selagi itu juga Allah akan mengujinya dan hanya mereka yang benar-benar sabar dapat dengan mudah mengatasi ujianNya (Luluk Evi Syukur)

Selepas ashar nanti Kutunggu di semenanjung hati, mendawai indahnya pelita, kala pelangi berbagi warna, selepas maghrib nanti, Kutunggu di ujung nadi, lantunkan kalam Illahi, hingga Isya hadir kembali (Khasanah Roudhatul Jannah)

Kawan, ingatlah dengan hidup ini, kadang kesusahan dalam mengarungi takdir membuat hidup kita di akhirat nanti menjadi lebih berkualitas. Dan Jangan lah berlebihan di kehidupan ini, karena takut-takut terasa hambar di akhirat nanti. So, Jadikanlah apapun itu tentang kehidupan, lalu rayakanlah dengan kesyukuran.(Adi Nurseha)

Memoar kehidupan yang tak berujung hingga kematian menjemput. Lantas sudah sampai di mana kisah kehidupan ditorehkan? (Luluk Evi Syukur)

Kau yang masih setia mengulum rindu, Kudendangkan senandung lagu merdu, Sebagai pengobat rindu di dada, Sebagai pelipur segala lara, Tersenyumlah sayang, Rindu ini pun masih terus membayang Untukmu duhai kekasih hati Sambutlah syahdunya nyanyian hati (Khasanah Roudhatul Jannah)

Jaga selalu hatimu (Rosa Rahmania)

Tak semua yang diinginkan dapat terwujud sesuai rencana. Pergi saat indah. Allah pasti punya rencana terindah dibalik semua ini. Hanya itu yang bisa menguatkanku saat ini (Yopi Megasari)

Jumat, 18 Februari 2011

Aku dan Ibu Itu


Jeda yang lewat namun
Saat kubertemu ibu itu
Satu dari wanita yang dipanggil ibu oleh anaknya
Mungkin masih terlalu banyak yang lain nun di sana
Tapi kemarin aku hanya bertemu dia dan anak kecilnya

Kemarin, terik mentari seakan siap bumihanguskan apa saja yang terkena sinarnya
Bahkan sempat kudenger teman berucap
Apakah hari ini neraka sedang bocor
Sementara aku hanya bisa tersenyum beku

Sepi seakan menghisap jeritku
Betapa kuhanya mampu terpaku
Melihat lakon nyata tanpa dusta
Seorang ibu berjalan di atas panas aspal
Tanpa alas kaki dan penutup kepala

Kemana dia akan pergi???
Saat dia melintas kubertanya untuk menyapa
Aku akan pulang ke rumah jawab bibir keringnya
Raut wajah yang tergurat lelah
Mungkinkah ia lelah
Tapi demi anak dalam gendongannya ia rela terus bekerja

Jangan bilang aku salah
Bila dengan mudah tergelincir pada licin lidah
Untuk apa aku bertanya
Jika tanganku masih mendekap diam

Sesal itu ada
Kenapa aku diam terpaku
Khilaf atau aku telah mati rasa?
Untuk berucap dan bergerak aku tak mampu
Akankah tumpukan alas kaki yg kini berdebu di rak sepatuku
Kubiarkan jadi karun abad baru

Kusering merasa jenuh dan lelah
Desah basah ruah oleh waktu...

Tidakkah aku belajar pada ibu itu
Terhantam takdir ia bertahan
Menebar senyum ia mampu
Direnta usianya di masih berkarya
Walau mungkin hanya dinikmati keluarganya

Di punggungmu kulihat pendar bintang
Di dadaku kini kutanam mimpi paling nyalang
Aku yang nyaris hilang gairah
Kini merasa malu padamu

Aku tersangka
Ketika investigasi diri bicara
Samar terdengar bisik jiwaku
Aku hanya ingin tidur lelap
Ketika debat menghangat hakimi diri
Baradu kasih tulus denganmu ibu
Aku tak mampu..

Oleh: Muslimin (Profile)

Artikel yang berkaitan



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Photobucket
 

Karya Tulis

Refleksi 02 Mei 2011

Ini hanya bagiku, entah bagi yang lainnya. Setiap hari orang-orang science mempelajari banyak simbol, dari alfabet hingga numerik atau beragam bentuk yang memang sengaja diciptakan sedemikian rupa. Aku tahu simbol-simbol tersebut sengaja diciptakan untuk

Kisah Kehidupan

Demi Sebuah Amanah

Telah lama aku berdiri di sini, di antara keramaian dan hiruk-pikuk terminal Pulo Gadung. Namun tak satupun bus antar kota yang mau berhenti dan membawaku meninggalkan kebisingan ini. Hampir satu jam lebih aku di sini, tapi semua bus antar kota nampaknya penuh semua.

Sastra

Cinta Dalam Hati ( CIDAHA )

Kala cinta datang menggoda Memanggil dan mengetuk pintu hati Lalu singgah ke rumah jiwa Tanpa kata permisi Hhm... Terdengar begitu syahdu menyentuh kalbu Namun, jika ini benar cinta Jangan biarkan cintaku padaMu hilang di hati Perkenankanlah tuk selalu mencintaiMu

© 3 Columns Newspaper Copyright by Website Nathiq | Template by Blogger Templates | Blog Trick at Blog-HowToTricks