Kutatapkan mata hatiku pada penjuru waktu, kulampiaskan tanya jiwaku pada yang kujumpai, ada rasa kian meronta, karena asa adalah hidupnya jiwaku. Langkah demi langkah ayunan hatiku berpijak, menelusuri gugusan masa hidupku, kurasakan getar-getar penuh misteri, menyusuri jalan berpasir. Kerikil bahkan kadang berbatu. Angan menggapai namun tiada membekas, hampa sebuah raihan kandas dalam bidikan, sebuah perang sunyi di belantara gundahnya hati.
"Bunda gw kritis mohon doanya"
Sebuah pesan masuk yang dikirim salah seorang sahabat baruku, aku termengu miembacanya, singkat memang kalimatnya, tapi kata mengandung sejuta makna, ada kegundahan, kekhawatiran, pengharapan, dan kecemasan terangkum di sana. Kuletakan telepon genggamku, saat kucoba menelepon nomor dia, namun tidak aktif. Kulihat laptopku, dia sedang online. Kucoba untuk memberi support dengan sejuta kata (sok bijak) yang kupilih, lumayan banyak ucap kulemparkan, jawabannya?
"Gw gak bisa mikir!" deggg...biasanya aku akan langsung meninggalkan obrolan seperti itu, tapi kali ini aku bertahan, semoga dia bisa sedikit tenang dengan membaca kata kataku kembali, tapi jawabannya tetap sama!
"Gw gak bisa mikir, gw belum siap menerima kabar terburuk,makanya HP gw matiin!"
Kugapai tiada kudapat, bak peluru tiada bermusuh, sunyi di medan lagaku, sepertinya rasa ini adalah perjalanan panjang, sepanjang keinginanku untuk berbagi beban, menenangkan kalutnya, namun jarak terbantang jutaan kilo, tak mungkin kutempuh perjalanan dalam sekejap, aku terhenyak. Haruskah keadaan ini dia lalui seorang diri, diam termenung berteman kalut? hingga rasaku habis merenungi penjuru waktu, yang hanya terpena di hati, maafkan aku sahabatku, hanya doa tulus terikhlas yang sanggup kulafalkan, semoga bundamu diberi kesembuhan.
Halilintar menggelegar, daun-daun berguguran, langit biru menghilang, burung-burung tinggalkan sarang, rintik hujan berjatuhan, pohon tumbang tercabut dari akarnya, awan hitam semakin mengambang, kulangkahkan kaki menuju cakrawala insyaf dan sadar atas khilafku, ya Rabb ampuni aku, betapa selama ini aku terlena, betapa selama ini begitu sedikit kebahagiaan yang kuberi pada ibuku, padahal begitu banyak waktu dan ruang untukku bisa mengukir senyum di bibirnya, justru kusiakan kesempatan, haruskah menunggu saat dia terbaring tak berdaya baru kubersimpuh dan bersujud memohon untuknya pada Dia? Ah bunda anakmu tak pernah berniat durhaka, tapi kerasnya kehidupan yang penuh dengan tantangan meminta tanggung jawab waktu padaku untuk berjarak denganmu, "Ibu maafkan aku"
Ibu adalah kata tersejuk yang dilantunkan oleh bibir bibir manusia, dan "Ibuku" merupakan sebutan terindah, kata yang semerbak cinta dan impian, manis dan syahdu yang memancar dari kedalaman jiwa, ibu adalah keabadian bagi semua wujud, penuh cinta dan kedamaian.
Ceritakan kepadaku tentang pedihnya kehilangan, yang terbang di atas senja merah, yang menyisakan ngilu yang menikam di dada,dalam derap waktu yang bergegas, agar segera dapat kubaluri hatimu, dengan sejuk bening tulusnya sayangku. Ceritakan padaku tentang perihnya pengorbanan yang membakar habis segenap asamu dan meninggalkan sepotong lara yang mengendap di kalbu, agar kubuatkan rumah di atas awan biru tepat di puncak larik pelangi yang akan kubangun dari setiap desir angin rindu, tapi jangan pernah lagi kudengar sesal bakti pada ibu yang terlambat kita sadari, karena aku tidak pernah bisa berucap apa-apa.
Dalam jeda sesaat mataku menyapu sekeliling ruang kamarku, yang kumiliki kini? pernahkan ayah dan ibu meminta apa apa demi kebahagiaan mereka?t ak pernah kudengar keluh atas sikapku yang penuh khilaf, yang mereka tanya "Apa kau baik saja di sana nak?" dan kudengar nada bahagia saat kubilang aku bahagia, Tuhan jaga selalu kedua orang tuaku, kuikhlaskan semua sisa waktuku, jika mereka meminta baktiku kembali di sampingnya, segunung emas takkan sanggup lunasi jasa seorang bunda.
16/04/2011, 11:20PM
Inspirasi, SMS seorang sahabat, semoga ibumu lekas sembuh, semoga Allah meringankan dan beri terbaik untuk ibumu, amien.
Oleh: Moes Arsyil Ramadhan Afrilla (Profile)
Ungkapan Mutiara
Selasa, 19 April 2011
Jeda Waktu untuk Ibu
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar