Mataku tertuju pada salah satu status sahabatku malam itu, ini anak kok tiba-tiba puitis?
Mr. XX: Kan kubiarkan ruang hampa di dalam hidupku...
Moes Arsyil Ramadhan Afrilla: Sok puitiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiis loe.
Mr.XX: Gw lagi nyanyi lo tau ga tu judulnya gw lupa, "Kan kubiarkan ruang hampa di dalam hidupku bila aq harus mencintai dst" lo tau ga?
Moes Arsyil Ramadhan Afrilla: Cinta sejati by Element, betul kasih bonus :D
Mr. XX: Salah! bego bgt lo ah
Moes Arsyil Ramadhan Afrilla: Salah dikit aja, demo loe sob xixi maaf, kejaaam loe
Mr. XX: Hidup aja ma gw kejam, gw harus kejam
Moes Arsyil Ramadhan Afrilla: Kecuali ma w jangaaan wkwkwk
Mr. XX: Ga ada pengecualian dlm hidup gw
Dan percakapan kami lanjutkan di chat,
"Woyyy belum tidur loe?" Tanyanya
"Jiaaah salam dulu baru nanya" Balasku, obrolan kami mengalir bagai air bening di anak sungai, aku minta ijin untuk menulis tentang kisahnya, 7 tahun pacaran akhirnya hubungannya kandas. Meninggalkan goresan luka, meninggalkan cerita sumbang dalam luka yang mungkin nyeri yang ia rasakan hingga kini, sampai ia berucap, "Gw gak pernah percaya pada yang namanya cinta sejati, kecuali cinta Tuhan pada umatNYA, cinta ibu pada anaknya"
"Dubraxx artinya, selama ini kasih sayang gw sebagai sahabat juga dianggap palsu? hmmmm sungguh terlalu sobat,hehehe"
Terkutuklah
Cinta yang berderak-derak di pangkalan telinga
Mengingang laju kumuh
Bersenggama hina kau bertanya pada sengsara
Sepasang sekoci berlumur lumut
Membatu bersama karang
Daripada kau terjungkal ke lautan
Mari kita eja rasa dengan semestinya
Terkutuklah
Cinta ditambah cinta menjadi sampah
Terciumi sengatan membesarkan arwah di dalam kubur
Sungguh, kuncilah hati sebelum kau terbawa digiling kunyah
Peradaban kau gilir dengan martabat sumbang
Kau gulai mentah dalam belanga kubangan air mata
Mendidih jantung kesumat menatap mata tersumpal bara
Jangan cinta kau ucap perlahan pada yang lapar di pesisir hujan
Merajai iblis dalam sumpah serapah memutar masa
Duh, sampai setega ini cinta mereka permainkan
Terkadang gadai sudah rasa
Dalam meja perjamuan bersama pimpinan setan
Gerhanakah hatimu kini? hingga saat kutawarkan menjemput purnama kau merantai langkah, mengunci mati rasa, membekukan seluruh sendi gerak tubuhmu, menulikan telingamu, hingga aku tak lagi berhak berkata apa-apa, lakukan apa yang kubisa demi sebentuk senyum kembali, tawa canda yang warnai hari, lukiskan kisah indah hari muda kita,mencatat dalam ingatan batas manusia. Sobat jangan hakimi aku seperti dia, aku tidak ikutan meninggalkanmu, aku masih ingin bercerita banyak padamu, saat gundah dan resah menyapa hariku atau sebaliknya, kuingin kita selalu bisa berbagi cerita, agar cerita dusta tak terpendam mati dan membusuknya hati.
Gerhanamu yang kuandai menjadi kebuntuan, pekat dan menampar-nampar, keduabelah tangan yang mengarah ke mukaku sendiri, sudikah waktu memutar lagi saat purnamamu dulu harapku, kuingin selau kau bahagia sobat, harap kembalilah cinta menyapamu, kau tau? aku dirundung cemas yang menyiksa, ketahuilah sahabatku, selayaknya manusia, hidup adalah bergerak dan tumbuh, ada duka dan tawa, setelah itu mati, sebab mati adalah keniscayaan yang pasti, tapi sebelum maut menjemput, ijinkan aku memberi nilai guna untuk sesama, ijinkan aku mengubah gerhana jadi purnama, ijinkan aku tetap bersamamu mencari cahaya, agar tiada sesalku nanti, jika aku mendahuluimu menghadapNya. Tidak ada kekejaman yang ingin kuberi, yang kurasa, lukamu akan jadi siksa batinku jika kubiarkan kau merintih sendiri menahan nyerinya, karena kujuga tau, jauh di lubuk hatimu, hatimu terlalu indah untuk menyimpan luka, merasa sendiri, mendustai hati yang masih butuh tempat berbagi.
Oleh: Moes Arsyil Ramadhan Afrilla (Profile)
Ungkapan Mutiara
Selasa, 26 April 2011
Lukamu adalah Siksa Batinku
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar