Ungkapan Mutiara

Kita seperti teko, apa yang dikeluarkan maka seperti itulah di dalamnya. Maka berjanjilah untuk selalu membahagiakan orang lain, karena dengan begitu kita membahagiakan hidup kita sendiri (Rosa Rahmania))

Memberi sebanyak yang kita mampu, lalu kita akan menerima sebanyak yang kita butuhkan! InsyaAllah(Luluk Evi Syukur)

Ide-ide gila, butuh orang gila juga untuk mewujudkan semuanya. Demi bumi dan isinyam, baiklah. (Ana Falasthien Tahta Alfina)

Selagi sabar itu ada dalam diri maka selagi itu juga Allah akan mengujinya dan hanya mereka yang benar-benar sabar dapat dengan mudah mengatasi ujianNya (Luluk Evi Syukur)

Selepas ashar nanti Kutunggu di semenanjung hati, mendawai indahnya pelita, kala pelangi berbagi warna, selepas maghrib nanti, Kutunggu di ujung nadi, lantunkan kalam Illahi, hingga Isya hadir kembali (Khasanah Roudhatul Jannah)

Kawan, ingatlah dengan hidup ini, kadang kesusahan dalam mengarungi takdir membuat hidup kita di akhirat nanti menjadi lebih berkualitas. Dan Jangan lah berlebihan di kehidupan ini, karena takut-takut terasa hambar di akhirat nanti. So, Jadikanlah apapun itu tentang kehidupan, lalu rayakanlah dengan kesyukuran.(Adi Nurseha)

Memoar kehidupan yang tak berujung hingga kematian menjemput. Lantas sudah sampai di mana kisah kehidupan ditorehkan? (Luluk Evi Syukur)

Kau yang masih setia mengulum rindu, Kudendangkan senandung lagu merdu, Sebagai pengobat rindu di dada, Sebagai pelipur segala lara, Tersenyumlah sayang, Rindu ini pun masih terus membayang Untukmu duhai kekasih hati Sambutlah syahdunya nyanyian hati (Khasanah Roudhatul Jannah)

Jaga selalu hatimu (Rosa Rahmania)

Tak semua yang diinginkan dapat terwujud sesuai rencana. Pergi saat indah. Allah pasti punya rencana terindah dibalik semua ini. Hanya itu yang bisa menguatkanku saat ini (Yopi Megasari)

Minggu, 24 April 2011

Jeritan Histeris Tengah Malam


Mini bus yang membawaku dan rombongan teman-teman akhirnya sampai juga pada tempat tujuan, yaitu Pantai Ayah. Teman-teman segera berhamburan keluar dari mini bus yang kami tumpangi dari depan sekolahku tadi. Setelah itu kami pun segera mencari lokasi yang tepat untuk mendirikan tenda. Sesuai dengan kesepakatan bersama akhirnya kami mendirikan tenda di dekat selokan kecil berukuran lebar sekitar 50 cm.. Namun selokan ini mengalirkan air yang cukup jernih yang bisa digunakan untuk mencuci atau untuk dimasak sebagai air minum.

Hari ini adalah untuk pertama kalinya aku ikut camping di pantai. Teman-teman nampak sibuk mendirikan tenda. Camping kali ini adalah camping gabungan bersama SMA-SMA se-kabupaten Banyumas. Tujuan camping kali ini tidak hanya sekedar untuk refreshing, tapi karena kami semua ingin mencoba mendaki tebing karang yang konon kabarnya ada di sekitar bukit dekat pantai tempat kami mendirikan tenda.

Aku sibuk membongkar cariel yang berisi berbagai bekal dan peralatan. Setelah semua tenda selesai didirikan, satu persatu teman-teman mulai berhamburan ke arah pantai. Hingga akhirnya tinggallah aku sendiri. Duh... nasib... lagi-lagi aku harus sendirian menjaga sekian banyak tenda.

Setelah hari mulai gelap semua kembali ke camp. Ada yang basah kuyup dan kotor penuh pasir. Ada juga yang membawa ikan dari nelayan setempat. Ikan-ikan itu pun diserahkan padaku setelah dibersihkan sebelumnya. Akhirnya ikan-ikan itu pun aku masak dengan wajan kecilku yang kubawa dari rumah.

"Waduh Non, sempet-sempetnya bawa wajan. Gak rugi deh camping ngajak kamu." Kata salah seorang seniorku.

"Ya iyalah..." kataku singkat sambil menyiapkan segala sesuatunya.

"Apa ini... !" Teriak salah seorang kawan dari dalam tenda yang tepat di belakangku. Aku segera menoleh dan menyorotkan lampu senter ke arah yang dimaksud. Ternyata susu bendera kalengan yang tumpah di atas terpal.

"Waduh siapa sih yang naruh susu di sini, sayang banget neh, gimana neh...?" katanya sambil memandang ke arahku. Tanpa pikir panjang aku segera memindahkan tumpahan susu bendera itu ke wajan yang berisi ikan laut. Kawanku hanya bisa melongo melihat ulahku. Sementara aku hanya nyengir sambil mengisyaratkan padanya untuk diam. Dia pun hanya mengangguk sambil bergidik jijik.

Gak berapa lama kemudian ikan yang kumasak pun matang dengan wangi yang menggoda. Segera aku bagikan kepada teman-teman yang dari tadi sudah menunggu menu makan malam. Dengan cepat mereka menyantap.

"Wah... uenak banget, kok kamu pinter masaknya? bumbunya apa neh?" Tanya salah seorang seniorku.

"Masa enak sih? habiskan dulu, nanti tak kasih tau deh resepnya" Kataku dengan senyum pasti. Dengan cepat hidangan ikan laut pun habis disantap teman-teman.

"Masih ada lagi gak ikannya? aku belum kebagian neh?" Kata salah seorang kawan yang baru datang menikmati indahnya suasana malam di pantai.

"Udah habis. Suruh siapa gak balik-balik, gak tau orang pada kerepotan di sini." Kataku dengan santainya.

"Non, apa resepnya neh?" tanya salah seorang dari mereka.

"Biasa aja kok. Cuma ada tambahan dikit, itu tuh tumpahan susu bendera di terpal itu." Kataku sambil menahan tawa.

"Iya bener tuh, susu bendera yang tumpah tadi dia ciduk pake sendok lalu dimasukkan ke dalam wajan yang buat masak ikan." kata kawanku yang pertama kali menjerit tadi. Akhirnya semua ketawa, lalu kata mereka.

"Gak apa-apa, vitamin." ^_^

Setelah semua selesai akhirnya aku dan teman-temanku segera membersihkan peralatan masak dan peralatan makan tadi. Malam terus beranjak mengukir gelap di antara deburan ombak di pantai. Malam ini memang tidak ada acara khusus. Malam ini semua diminta untuk istirahat penuh karena besok pagi kami akan diajak untuk mendaki tebing karang yang dimaksud. Ada yang menikmati malam itu dengan jalan-jalan di pantai bersama kekasih hatinya, ada yang hanya duduk-duduk di kursi bambu yang telah tersedia di bawah pohon waru. Ada juga yang hanya duduk di dalam tenda sambil bermain kartu poker.

Sementara aku hanya duduk-duduk di pinggir selokan bersama seniorku, mbak Pipit yang sedang asyik ngobrol dengan seorang kawannya dari Cilacap. Mereka asyik diskusi masalah seputar pengalaman camping bersama teman-teman. Sesekali aku tersenyum sebagai respon aku ikut mendengarkan obrolan mereka. Sementara itu aku asyik memainkan lilin-lilin kecil yang menjadi penerang kami saat itu. Kedua kakiku kumasukkan ke dalam selokan yang mengalirkan air jernih itu. Aku asyik menikmati aliran airnya yang bening. Sambil sesekali mendekatkan lilin ke dalam selokan, mencoba menangkap ikan-ikan kecil yang berenang kesana-kemari.

Malam kian larut, entah kenapa kurasakan kejenuhan yang tidak seperti biasanya. Tiba-tiba aku ingin menjerit. Akupun menyampaikan maksudku pada mbak Pipit.

"Mbak, aku ingin menjerit sepuas-puasnya."

Dengan santai dan terus menatapku dia pun berkata, "Ya sudah menjeritlah." Tanpa menunggu lebih lama lagi, aku pun segera menjerit.

"Aaaaaaaaaaaaaaaaa........" Sebuah jeritan panjangku yang membuat kaget seketika.

"Aaaaaaaaaaaaaaaaaa......" Jeritan panjang susulan dilanjut dengan jerit tangisku.

Seketika itu juga, semua penghuni tenda berhamburan keluar mencari datangnya suara. Semua mendekat ke arahku, dan bertanya kepada mbak Pipit yang tenang-tenang saja duduk di sebelahku. Mbak Pipit pun menjawab kebingungan teman-teman,

"Tidak ada apa-apa, dia cuma pengen njerit aja." Akhirnya semua mengerti dan kembali ke tenda masing-masing.

Sementara itu aku puas-puasin menangis, hingga hatiku tenang kembali. Setelah itu aku segera membasuh wajahku yang berlumuran air mata dengan kesejukan air selokan di malam itu. Lega rasanya dan lapar ^_^

Tenagaku habis buat menjerit dan nangis histeris, hingga membuat perutku terasa lapar. Akhirnya aku pun hanya makan indomie goreng yang kuremas lalu kucampur bumbunya dan makan begitu saja. Maklum, malas masak. ^_^

Malam kian larut dan dingin, kami pun kembali ke tenda untuk istirahat barang sejenak. Temannya mbak Pipit pun segera pulang ke rumahnya yang kabarnya tak jauh dari pantai Ayah ini. ternyata teman-teman di dalam tenda posisi tidurnya seperti udang diaduk dalam penggorengan, amburadul. Tidak ada posisi yang benar. Mau tidak mau harus nyelip di pinggiran.

Keesokan paginya setelah semua membersihkan diri, kami segera berjalan meninggalkan camp dan menuju tebing karang yang dimaksud. Pak Lippo selaku pelatih olah raga alam bebas ini tiba-tiba telah merangkul pundakku dan bertanya menyelidik.

"Kamu kenapa? kok njerit histeris gitu? Apa ada masalah?" Tanyanya serius. Aku hanya menggeleng sambil tersenyum, dan meyakinkan bahwa tidak ada masalah apapun.

Lalu beliau menepuk-nepuk pundakku, dan katanya, "Ya sudah kalau gak ada masalah, berarti siap dunk latihan hari ini?" Tanyanya sambil tersenyum.

"Siap dunk...pak..." jawabku pasti.

Setelah itu Pak Lippo asyik ngobrol dengan rekannya yang juga ahli di bidang Rock Climbing. Dan kami pun mulai meniti jalan di perbukitan yang menuju ke arah tebing karang. Nampaknya lokasi yang di maksud cukup jauh juga, kami harus melewati perbukitan yang sedikit terjal dan berliku. Beruntung ada kawan yang membawa radio kecil. Sebuah lagu gubahan pun melantun di antara tawa dan canda teman-teman.

Akhirnya kami semua sampai di lokasi tebing karang. Para senior yang bertugas segera menyiapkan segala peralatan. Mulai dari tali karmentel, karabinner, discender, tali prusik, dan webbing. Dua pemanjat nampak membuat tali simpul di puncak tebing karang. Sementara aku dan beberapa teman memasang webbing di badan masing-masing. Untuk permulaan, seorang anak muda yang pernah ikut kejuaraan nasional menunjukkan kebolehannya dalam tehnik memanjat tebing. Kami memperhatikan dengan seksama. Kemudian satu persatu pun mulai mencoba memanjat tebing karang itu.

Tak terasa waktu cepat berlalu, saatnya untuk kembali ke camp di pinggir pantai. Semua tampak happy dan bernyanyi riang menyusuri jalan di perbukitan yang akhirnya mengantar kami ke perkemahan.

*** Memory Di Pantai Ayah bersama para pecinta alam se kab-BMS*** ^_^

Oleh: Khasanah Roudhatul Jannah (Profile)

Artikel yang berkaitan



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Photobucket
 

Karya Tulis

Refleksi 02 Mei 2011

Ini hanya bagiku, entah bagi yang lainnya. Setiap hari orang-orang science mempelajari banyak simbol, dari alfabet hingga numerik atau beragam bentuk yang memang sengaja diciptakan sedemikian rupa. Aku tahu simbol-simbol tersebut sengaja diciptakan untuk

Kisah Kehidupan

Demi Sebuah Amanah

Telah lama aku berdiri di sini, di antara keramaian dan hiruk-pikuk terminal Pulo Gadung. Namun tak satupun bus antar kota yang mau berhenti dan membawaku meninggalkan kebisingan ini. Hampir satu jam lebih aku di sini, tapi semua bus antar kota nampaknya penuh semua.

Sastra

Cinta Dalam Hati ( CIDAHA )

Kala cinta datang menggoda Memanggil dan mengetuk pintu hati Lalu singgah ke rumah jiwa Tanpa kata permisi Hhm... Terdengar begitu syahdu menyentuh kalbu Namun, jika ini benar cinta Jangan biarkan cintaku padaMu hilang di hati Perkenankanlah tuk selalu mencintaiMu

© 3 Columns Newspaper Copyright by Website Nathiq | Template by Blogger Templates | Blog Trick at Blog-HowToTricks