Dua tahun silam, ternyata ada yang lebih indah dari pada langit yang menggantungkan tiangnya pada Bumi. Langit sekretariat BEM dengan segala bintangnya, tanpa pola rasi, tanpa nama. Tergambar begitu saja seperti aliran sungai, tapi buat apa semua itu? Jika beragam ide dan persuadaraan telah beberapa kali terbentuk di bawah naungannya. Deg! Siang itu saya hanya mendongak ke atas, menghitung tanpa arah gambar putih yang berbetuk bintang. Sayang yang bernama hati itu tidak bercahaya seperti bintangnya, tapi gulita seperti warna langit malam, semua orang mengatakan pusing, sebagian larut dalam kecanggihan Mr. Comp dan Mrs. Lepi, sisanya disibukkan dengan beragam list undangan, dan selebihnya entah kabur kemana?
Seketika, semangat yang menggebu-gebu itu runtuh di hadapan perasaan yang tidak mengenakkan ini. Tapi benarkah hari itu akan berlalu dengan kesan yang menyedihkan dan tidak menyenangkan? saya sesendiri ini, masa?
Pasca gempa di bulan Ramadhan, Rabu 2 September 2009
At 3.40 PM, SMS masuk dari Kadiv PDD: "Mendesak dan memaksa, ada bubar LOPE (baca : Logstran PDD) di GWW, kumpul jam 5.00 PM" Perasaan yang belum reda setelah terjadinya gempa dan paksaan deadline yang harus dibikin, malah harus bengong dengan paksaan tersebut.
"What the? apa-apaan Theeeeeen? buka bareng puasa dadakan nyaris tanpa persiapan?"
"heh?"
**
Bila kita dapat memahami
Matahari menemani
Kita dalam kehangatan
Hingga sang rembulan bersenandung
Meninabobokan seisi dunia
Dalam lelap setia
Tanpa terpaksa
Bila kau dapat mengerti
Sahabat adalah setia
Dalam suka dan duka
Kau kan dapat berbagi rasa
Untuknya
Begitulah seharusnya
Jalani kehidupan
Setia… setia… setia
Dan tanpa terpaksa
Mengapa bintang bersinar
Mengapa air mengalir
Mengapa dunia berputar
Lihat segalanya
Lebih dekat
Dan kau akan mengerti
(OST. Petualangan Sherina)
Lirik lagu sherina, pengingat sebuah kejadian istimewa. Seharusnya yang sejak lama saya lakukan, melihat segala sesuatu lebih dekat, dari hati-kehati, bagaimana untuk menjadi orang yang lebih dari sekedar bersimpati, tapi berempati, seperti malam itu.
"Niooooo, paraaaaah Gue ga dapet kabar kalo LOPE kumpul!!!" Dengan wajah geram, Thi menodong Nio.
"Seriusan, udah Gue kirim koq jarkomnya ke semua anak Logstran" yang bernama Nio membela diri.
"Bohoooooong, buktinya Gue ga dapet, jahat Lu"
"Lu dateng kan? itu berarti Lu dapet kabar kan?" Nio tetep ngeyel dan bersikeras.
"Gue dapet kabar dari Dhin, bukan dari Lu" Bales Thi, tidak mau kalah.
"Beneran!!! perasaan udah deh, pas tadi gempa Gue kirim SMS jarkom ke semua anak logstran, pas lagi berasa goyang-goyang. Masa iya ga nyampe sih?" Penjelasan Nio barusan seketika bikin kita semua CENGO!!
"Nioooooooooooooooooo"
**
Bagusnya segala pertikaian selesai sudah, tergantikan dengan suasana buka bareng bersembilan orang. Duduk manis membentuk lingkaran di taman GWW (Graha Widya Wisuda), eh? taman? hanya sepetak tanah yang berkarpet rumput dengan satu lampu bisakah dinamakan taman? bahkan tidak layak sebenarnya dijadikan tempat tongkrongan seperti ini. Mungkin ini adalah pelampiasan, efek dari gagalnya para panitia Ospek penanggung jawab tempat dan dekorasi (baca: kita para LOPE) menyewa GWW beberapa bulan lalu.
"Ga salahkan kita menikmati GWW seperti ini, sesekali. hahaha"
Entah apa yang ada dipikiran orang yang lalu lalang di depan GWW, mungkin sebagian ada yang menganggap bahwa kita adalah orang-orang yang kurang kerjaan, tapi Bodoh amat, Everything is Ok. Para anak-anak LOPE justru semakin menikmati hembusan angin malam itu, bau rumput yang mulai berembun, penerangan satu lampu di taman GWW semakin membuat malam itu terasa cocok untuk membuat sebuah pengakuan. Siapa yang memulai itu tidak penting, tiba-tiba semuanya terlontar ringan, kata demi kata, berbagai cerita yang mengalir begitu saja, saling menjadi tempat sampah satu sama lain, menimbulkan beragam inspirasi yang tak terduga. Spontan dan tanpa terencana sebelumnya,
"So, botol air mineral ini kita puter. Siapa yang kena kepalanya barati dia harus siap nyeritain siapa dirinya"
"Juga harus siap menerima pertanyaan apapun"
"Sejujur-jujurnya!!"
"Setuju?"
"Siaaaaaap!!!!"'
Lalu mengalirlah banyak cerita, tanpa paksaan dari siapapun, dan saya hanya mampu ber "O" dalam hati. Beginikah sebenarnya sosok sahabat-sahabat saya? sungguh tidak terduga, mengawali bagaimana harusnya memahami, terkadang saya hanya bisa menyimpulkan dari apa yang saya lihat, tanpa menyediakan waktu untuk mendengar apa kata hati yang sebenarnya. Andai, andai saya bisa melakukan terhadap semua sahabat-sahabat saya, andai saya bisa tau apa yang ada dalam pikiran mereka, supaya kedepannya kita bisa melangkah bersama, tidak ada yang di depan, tidak ada yang dibelakang tapi hanyalah kita yang beriringan.
Ini bukan sekedar pembelajaran tentang karakter manusia, ini tentang bagaimana cara bersikap, menyikapi banyak sifat, menghadapi sikap dari berbagai karakter. Tentang bagaimana bersikap dan menyikapi segala sesuatu dengan bijak. Tidak lantas memvonis seseorang dengan sembarangan, menjadi yang paling sok tahu. Tidak, pelajaran malam itu lebih dari sekedar tahu tapi juga memahami dan benar-benar mengerti.
Menyapu pandangan ke arah langit, mendongak sekilas sambil mendengarkah banyak kisah. Bersih dan pekat, tanpa Bintang ataupun Bulan, satu-satunya sinar paling terang hanyalah berasal dari lampu taman. Tapi bukan itu, Bintang-bintang di langit kini telah menjelma menjadi delapan orang sahabat dari pengakuan malam ini. Bersinar dari permukaan Bumi, indah. Sangat indah.
"It was amazing moment with you all, i felt it. Seriously"
Dan saya benar-benar mengingatnya dengan baik, sebaik-baiknya dalam ingatan. Inilah pelajaran itu, dari sifat dan karakter kalian, dari apa yang saya rekam dalam pikiran dan hati.
- Thi yang menamakan dirinya sebagai bunglon, berusaha menempati diri di manapun dia berada, benar-benar belajar membaur tanpa harus melebur.
"Mungkin karena dari dulu Gue dibiasain jadi sulung yang harus mandiri, so Gue harus bisa cepat beradaptasi dengan banyak hal"
- Za yang ikhlas melakukan sesuatu buat orang lain, deuhh. Tanpa keluhan ataupun perasaan jengkel karena sering direpotkan.
"Gue seneng kalo ngeliat orang lain seneng, jadi Gue sedikitpun ga ngerasa terbebani"
- Cid yang ceria dan tegar.
"Gue cuma berusaha menghadapi semuanya sebisa Gue, hingga disuatu hari nanti Gue bisa ngebuktiin banyak hal"
- Theen yang hidupnya penuh dengan perencanaan, ada jangka pendek, jangka menengah, juga jangka panjang. Lihat saja notes hijau yang selalu ada dalam tasnya.
"Gue pengen jadi pengusaha cokelat, suatu saat nama brandnya adalah "Prasada""
- Nio yang dewasa tapi juga humoris.
"Gue emang suka bercanda dari dulu, tapi tetep harus bijak kan? hahaha"
- Dhin yang menyadari, bahwa di sini kita harus belajar menerima, kurang lebihnya menahan ego.
"Pertama kalinya Aku harus jauh dari rumah, Aku beneran harus belajar untuk ngga egois dalam hal apapun"
- El yang bisa melihat segala sesuatu dengan bijak.
"Sekarang bukannya saatnya lagi dalam tahap pencarian jati diri, tapi kita harus mampu menyimpulkan sendiri bagaimana pribadi kita melalui sikap kita terhadap orang lain, right?"
- Cha yang lebih suka menjadi penggerak. Menjadi katalis di manapun dia berada.
"Karena Aku suka berteman, suka dengan keramaian dan juga kebersamaan"
**
Dan hanya satu kesan,
"Pembelajaran di kolong langit saat itu begitu berharga, terima kasih LOPEkuuu"
Oleh: Ana Falasthien Tahta Alfina (Profile)
Ungkapan Mutiara
Jumat, 22 April 2011
Di Bawah Kolong Langit
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar