Cinta, satu kata apa maknanya? Dari mulai umat terdahulu sampai sekarang pengertian cinta tak habis-habisnya untuk dibahas. Cinta dari seorang yang baru merasakannya sampai kepada masa yang lebih tua sekalipun. Setiap masa dalam kisah cinta pasti mempunyai arti yang berbeda-beda. Cara menyalurkan cintanya pun beragam, dari masa remaja yang baru mengenal cinta dengan sikap pemalu sampai kepada taraf melamar. Sebenarnya cinta yang mana yang mereka akan hendaknya memaknai?
Di dalam sebuah buku yang berjudul ”Hari Merah Jambu” karya Irawati. Beliau seorang anggota FLP (Forum Lingkar Pena). Tertulis dalam bukunya bahwa cinta adalah fitrah manusia, namun cinta sejati seharusnya menuntun manusia untuk lebih dekat kepada Allah SWT.
Cinta yang sudah menjadi fitrah manusia sudah menjadi kehendak Allah SWT.. Allah memberikan cinta kepada hambaNya supaya dapat menjalin ukhuwah islamiyah. Saling mengasihi, menolong dan menasehati dalam hal yang baik adalah wujud rasa cinta terhadap sesama makhluk. Semoga hal yang kita lakukan dengan menggunakan syari’at yang semestinya. Sehingga dengan itu kita dapat lebih mendekatkan diri dengan Allah SWT..
Cinta adalah kondisi yang terjadi di luar kehendak kita. Ia bisa terjadi pada seseorang melalui pendengaran, penglihatan dan lain sebagainya. Menurut DR. Ramdhan Al-Bhuti, perasaan cinta tidak masuk dalam ruang lingkup hukum atau larangan agama yang berkaitan dengan perbuatan mukallaf.
Cinta melalui pendengaran bisa saja terjadi pada seseorang dengan cara perkenalan melalui telepon. Akibat gaya bahasanya yang menarik bisa saja seseorang menjadi penasaran untuk ingin bertatap muka langsung hingga pada akhirnya mereka janjian untuk bertemu. Dan disitulah terjadi transaksi langsung yang mereka menjadi berhubungan dalam ikatan cinta.
Cinta melalui penglihatan sudah tidak asing lagi, hampir setiap orang memahaminya. Seorang yang mencintai, lebih cenderung kepada penampilan yang dicintainya. Kalau orang biasa mengatakan ; ”Dari mata turun ke hati”. Perkataan yang sering dikatakan oleh remaja sekarang. Dilihatnya seorang wanita cantik, langsung hati merasa tertarik. Kondisi ini mungkin pernah di alami oleh semua para remaja karena ini merupakan hal yang wajar.
Perlu dikoreksi semua kebiasaan dan kewajaran yang selama ini kita alami, tak selamanya semua itu sesuai dengan syari’at. Bisa saja itu semua malah membuat kita menjadi semakin terbuai dalam rayuan iblis yang menyesatkan. Tapi semua itu kita rasakan tanpa beban dan terasa nikmat. ”Jangan membenarkan kebiasaan, tapi biasakanlah kebenaran”. Iblis membujuk rayu manusia kedalam nikmat yang sesaat. Hanya iming-iming kenikmatan semata, yang sebenarnya dapat menjauhkan kita dari Allah SWT. dengan meninggalkan sebagian syari’atnya.
Bagi seorang muslim yang sejati, ungkapan; ”Dari mata turun ke hati. Merupakan perkataan yang keliru”. Memang itu merupakan fitrah, tapi kita jangan sepintas untuk memaknainya. Seharusnya ; ”Dari mata naik ke otak dan ditetapkan oleh hati”. Pasalnya pandangan yang kita lakukan harus kita bandingkan terlebih dahulu dengan ketentuan syari’at. Sebaiknya kita berfikir terlebih dahulu, apakah ini di perbolehkan atau tidak? Dengan ini insyaAllah kita tidak akan terbuai dalam rayuan iblis. Sebagai batasannya kita jadikan Al-Quran sebagi barometer.
Imam Ibnu Hazm dalam bukunya ; ”Thauq Al-Hamamah, cinta adalah kecenderungan hati seseorang terhadap wanita (lawan jenis)." Dimasa pubertas kejadian ini bisa terjadi dengan sendirinya. Berkaitan dengan ungkapan DR Ramdhan Al-Buthi, cinta yang terjadi di luar kehendak kita. Meskipun perasaan kecenderungan terhadap wanita terus manghampiri kita, tetapi jangan dijadikan alasan untuk kita menyalurkan hubungan yang tergesa-gesa sambil memberi janji serta mempertahankan mimpi dan khayal.
Ada cerita dari seorang mahasiswi yang telah mengalami kegagalan cinta pertamanya. Dimulai mengalami gejolak cintanya pada waktu pertama kali kuliah. Ketertarikannya dia kepada seorang laki-laki membuat hati jadi tidak tenang. Di waktu melamun dia selalu memikirkan orang yang di cintainya. Jikalau bertemu selalu memandangnya dengan penuh harapan. Padahal laki-laki yang dicintainya tidak tahu bahwa perempuan itu mencintainya.
Berbulan bulan telah berlalu, perasaan wanita itu tak ubahnya begitu. Terlalu sering bertemu, kemudian bercakap-cakap, hingga pada akhirnya mereka mempunyai ikatan cinta. Pada waktu rasa cintanya yang sudah lama terpendam dan kini dapat terungkap pada sasaran yang tepat, hatinya begitu bahagia sampai mengeluarkan air mata. Hubungan mereka dijalaninya dengan keadaan hati yang begitu berbunga-bunga. Sekian lama kisah mereka jalani, kemudian wanita itu memperkenalkannya kepada kedua orang tuanya. Sayang, orang tuanya tidak menyetujuai hubungan mereka. Hatinya menjadi merasa tertekan, jiwa yang tenang menjadi tergoncang.
Masyarakat yang ada pada lingkungannya pun tidak mendukung. Kisah asmara gadis berjilbab yang mempunyai wajah manis ini mulai bebalik arah. Semua angan-angan dan harapan tidak sesuai lagi dengan yang diinginkan. Semua kejadian pahit yang ada di lingkungannya diceritakan kepada sang pujaan hatinya. Dia seorang pria yang arif memahami keadaan kekasihnya.
Dengan nada merayu pria itu berkata: ”Jangan bersedih kekasihku aku akan selalu ada di sampingmu”. Dengan begitu dia akan selalu setia padanya bahkan akan melamarnya. Hati gadis yang malang kini mulai terhibur kembali dengan cara sembunyi-sembunyi, mereka mempertahankan hubungannya. Sampai tiba waktunya mereka lulus dan menjadi sarjana.
Pria yang dicintainya ternyata pergi keluar negeri untuk melanjutkan belajarnya tanpa sepengetahuan sang kekasih. Jelas hati gadis itu terasa sangat terpukul. Air matanya berlinang membahasi pipi. Hampir setiap hari dia mengurung diri di kamar sambil menangis. Sepintas kejadiannya masa lalu ada dalam pikirannya. Tapi sekarang hanya tinggal kenangan semata.
Sungguh diluar dugaan, kejadian yang menimpa dia sulit diterima sebagai kehendak Allah SWT.. Gadis itu menjadi stres dan frustasi. Hati yang amat terpukul merasa tidak rela dengan kejadian yang menimpanya. Pikiran yang aneh-eneh mulai hinggap di otaknya. Untung dia tersentuh oleh cahaya agama. Dengan keimanannya dia bentengi pikiran-pikiran yang menyesatkan. Apakah ini cinta ?
Hubungan yang dulu dijalin dengan penuh rasa cinta kini hanya tinggal kenangan semata. Dengan hubungan yang tergesa-gesa sambil memberi janji serta mempertahankan mimpi dan khayal. Seorang pria yang dulu telah berjanji dengan penuh kepastian kini meninggalkannya. Perasaan ini membuat gadis malang itu seakan-akan tidak mempercayai seorang lelaki lagi. Yang ada dalam pikirannya hanyalah ; ”Menganggap bahwa semua lelaki semua sama”. Sikap yang belum bisa menerima kenyataan adalah wajar, karna masih diliputi rasa was-was dan ketakutan. Pikiran-pikiran negatif yang singgah diotaknya akan selalu ada selama masih diliputi rasa was-was dan ketakutan. Bersyukur, ternyata Allah masih memberi jalan bagi gadis itu. Ia tidak terjerumus berlarut-larut dalam kesedihan.
Kenangan pahit yang menimpanya mulai dilupakan dengan mengisi waktu luangnya untuk kegiatan yang berguna. Di mulai dari senam kesegaran jasmani, membaca buku dan lain sebagainya. Setiap seusai shalat wajib dia tak pernah telat untuk membaca Al-Qur’an.
Pikiran romantis yang menganggap dia adalah segalanya merupakan pemikiran yang berlebihan dan mungkin akan juga berbahaya. Begitu juga yang terjadi pada seorang gadis yang sudah tersentuh virus cinta semua janji serta mempertahankan mimpi dan khayal menjadi kebiasaan seseorang yang mulai jatuh cinta. Padahal semua itu hanyalah pikiran yang berlebih-lebihan yang akan menjerumuskan kedalam tipu daya syetan.
Seorang muslim yang benar-benar berpegang teguh kepada akidah Islam dengan sungguh-sengguh serta di barengi hati yang ikhlas, tidak akan mudah tertipu dengan bujukan hawa nafsu. Walaupun nafsu ini berkata; "Pandanglah” tapi akidah berkata lain; maka seorang yang mempunyai akidah , kita harus mengikuti akidah yang kita miliki ; ”Tundukkanlah”,…. dan kemudian kita menunduk.
Oleh karena itu, jadikanlah cinta sebagai sarana cinta kepada Tuhan. Jika cinta itu tidak menjadi sarana kita semakin cinta kepada Tuhan, maka perlu dipertanyakan. Sehingga jika cinta sebagai sarana untuk mencintai Tuhan maka cinta sudah menjadi titel yang sesungguhnya yakni cinta sebagai fitrah manusia.
Oleh: Mamat Munandar (Profile)
Ungkapan Mutiara
Senin, 18 April 2011
Cintailah Cinta Sesuai dengan Titelnya
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar