Ungkapan Mutiara

Kita seperti teko, apa yang dikeluarkan maka seperti itulah di dalamnya. Maka berjanjilah untuk selalu membahagiakan orang lain, karena dengan begitu kita membahagiakan hidup kita sendiri (Rosa Rahmania))

Memberi sebanyak yang kita mampu, lalu kita akan menerima sebanyak yang kita butuhkan! InsyaAllah(Luluk Evi Syukur)

Ide-ide gila, butuh orang gila juga untuk mewujudkan semuanya. Demi bumi dan isinyam, baiklah. (Ana Falasthien Tahta Alfina)

Selagi sabar itu ada dalam diri maka selagi itu juga Allah akan mengujinya dan hanya mereka yang benar-benar sabar dapat dengan mudah mengatasi ujianNya (Luluk Evi Syukur)

Selepas ashar nanti Kutunggu di semenanjung hati, mendawai indahnya pelita, kala pelangi berbagi warna, selepas maghrib nanti, Kutunggu di ujung nadi, lantunkan kalam Illahi, hingga Isya hadir kembali (Khasanah Roudhatul Jannah)

Kawan, ingatlah dengan hidup ini, kadang kesusahan dalam mengarungi takdir membuat hidup kita di akhirat nanti menjadi lebih berkualitas. Dan Jangan lah berlebihan di kehidupan ini, karena takut-takut terasa hambar di akhirat nanti. So, Jadikanlah apapun itu tentang kehidupan, lalu rayakanlah dengan kesyukuran.(Adi Nurseha)

Memoar kehidupan yang tak berujung hingga kematian menjemput. Lantas sudah sampai di mana kisah kehidupan ditorehkan? (Luluk Evi Syukur)

Kau yang masih setia mengulum rindu, Kudendangkan senandung lagu merdu, Sebagai pengobat rindu di dada, Sebagai pelipur segala lara, Tersenyumlah sayang, Rindu ini pun masih terus membayang Untukmu duhai kekasih hati Sambutlah syahdunya nyanyian hati (Khasanah Roudhatul Jannah)

Jaga selalu hatimu (Rosa Rahmania)

Tak semua yang diinginkan dapat terwujud sesuai rencana. Pergi saat indah. Allah pasti punya rencana terindah dibalik semua ini. Hanya itu yang bisa menguatkanku saat ini (Yopi Megasari)

Kamis, 31 Maret 2011

Pak RW adalah Ayat KauniyahMu Tuhan


Ini adalah sebuah aksi, revolusi harga mati, demontrasi membabi buta, perang urat syaraf, adu jotos, dan bahkan perang militer. Dan ini pula sebuah rasa, teriakan, histeris, mencekam, naik pitam, murka, kalut, dan ketidakpercayaan. Itulah Kawan fenomena terkini tentang bumi tercinta kita, bumi yang katanya penduduknya selalu mengusung perdamaian dan ketenangan. Namun gonjang-ganjing kerusuhan semakin menguap bagaikan para predator yang kelaparan mencari mangsanya. Coba kita mengintip sejenak tentang revolusi di Timur Tengah, Sudan, Mesir, Tunisia, Yaman, dan yang paling menghebohkan serta menegangkan layaknya melihat perang dunia ke II yakni apa yang terjadi di Libya.

Sudah tau kah kawan!, berapa juta manusia yang terpaksa meninggalkan kewajibannya sebagai seorang ayah, ibu, anak, dan pelajar demi meruntuhkan sang penguasa yang zalim. Berapa ribu orang yang terkapar mati dan tertunduk luka demi menggoyangkan sang pemimpin yang tidak adil. Dan berapa ratus orang yang baik, yang terpaksa bingung harus bersikap apa melihat fenomena lucu tersebut. Ah, jika dikalkulasi sudah banyak yang dirugikan dengan kehadiran satu manusia, yakni Pamimpin Zalim.

Apa yang terjadi? Apakah krisis kepercayaan kepada pemimpin yang melanda di bumi manusia ini? Bukan hanya terjadi di pemerintahan sebuah Negara, bahkan sebuah organisasi yang di bawah pemerintahan pun sampai-sampai terjadi demikian. Contohnya saja baru-baru ini revolusi Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI). Aku sebagai pecinta sepakbola nasional merasa heran dengan kejadian tersebut, dan merasa khawatir akan imbas terburuk bagi perkembangan sepakbola Indonesia ke depannya. Lihatlah Nurdin Halid dan para kroninya sepertinya ingin menguasai tahtanya dan enggan meletakan jabatannya, padahal hanya seorang ketua PSSI, bukan Presiden, heran!.

Coba bayangkan, pada zaman dahulu pemimpin adalah jabatan yang ditakuti oleh semua orang, mereka takut akan ketidakamanahannya sebagai pemimpin, bahkan mereka takut bila ada rakyatnya yang kelaparan di ujung desa yang luput dari penglihatannya, sehingga menjadi pemimpin adalah pekerjaan yang sangat sulit, apalagi jika musim berperang tiba, maka pemimpin lah yang terdepan dibarisan pasukan. Namun, tahta pemimpin sekarang sudah menjadi bidadari cantik yang semua orang ingin meminangnya, diperebutkan, bahkan dengan segala cara ia akan dilakukan demi mendapatkan sang bidadari. Bahkan, jika sudah meminang bidadari cantik tersebut maka ia enggan mentalaqnya untuk diserahkan kepada orang lain, padahal sang pemimpin tersebut hanyalah nikah mut’ah, yang terbatas waktunya, maka jangan heran bila adu jotos, kecurangan, money politic, saling hasud, saling menjatuhkan, bahkan genjatan senjata terjadi di mana-mana. Wahai pemimpin yang adil, seharusnya berikan kesempatan kepada orang lain, kepada generasi muda yang memiliki potensi diri untuk mengembangbiakkan bidadari cantik sehingga menjadi kedamaian bagi semua makhluk.

Aku jadi teringat kisah dalam perjalanan kehidupanku. Aku pernah bertemu dengan pemimpin-pemimpin yang hebat di kampungku ini. Salah satunya sebut saja namanya bapak H. Nurossin NH. tapi sering dipanggil Pak Ade atau pak RW, beda-beda tipis dengan namaku (hehehe). Beliau adalah ketua Rukun Warga (RW) di kampungku. Sebelumnya aku tak mengenalnya sama sekali, maklum sudah hampir lebih dari 7 tahun aku meninggalkan kampung halamanku demi memulung ilmu di negri para sihir itu. Aku mulai mengenalnya ketika aku hendak mengadakan sebuah acara Maulid Nabi Besar Muhammad Saw. yang diisi dengan perlombaan tingkat kelurahan dengan judul PRIMA Competition 2011.

Seperti acara-acara keagamaan lainnya, acara Maulid yang akan kuagendakan dengan remaja mushalla ini juga butuh biaya yang tidak sedikit. Sehingga aku dan para remaja lainnya berusaha memeras keringat untuk memohon sumbangan dana ke warga sekitar. Alhamdulillah, dari anggaran yang kita tentukan sekitar 7 juta, bisa terkumpul kurang lebih 4 juta. Walaupun baru terkumpul setengahnya, namun kami optimis mampu mengadakan dua agenda besar itu (Maulid dan perlombaan).

“Assalamualaikum” suara halus membelenggu telingaku, sopan dan penuh dengan ketawadhu’an.

“Waalaikum salam” sahutku, kuingin mengimbangi salam yang penuh keseponan itu dengan jawaban yang lembut pula walaupun tidak sesempurna kelembutan salamnya
Asing wajahnya bagiku. Berpakaian rapih ala orang kantoran, namun tanpa dasi. Warna kuning kemejanya cocok dengan paras wajahnya yang rupawan. Peci yang dikenakan pun tampak seimbang. Tak ada kekurangan yang kulihat. Malah ada kelebihan-kelebihan terutama tentang akhlaknya. Beliau datang secara tiba-tiba ketika aku sedang berbincang-bincang dengan remaja yang lainnya di mushalla mungilku.

“Ust, kenalin, ini adalah ketua RW kita, yang sering saya certain ke ustadz” ujar Ustadz Edi Hamdi, ketua panitia peringatan Maulid dengan sambil memandang ke arahku.

“Oh…iya Pak RW” jawabku seadanya dengan seutas senyum yang menganga di kedua bibirku, jujur ketika itu aku grogi. Bukan apa-apa, memandang wajahnya seperti air yang bersih dan tenang. Tanpa ada raut wajah seorang yang penuh ambisi dan rakus. Yang ada hanyalah aku merasa adem dan nyaman berada di sampingnya. Tatapan matanya pun sungguh membuatku ta’zim kepadanya. Walaupun aku belum menganalnya secara mendalam, namun ketika kumelihatnya seakan aku sudah mengenalnya puluhan tahun yang lalu.

Kami pun mengobrol dengan cantik di mushala mungilku itu. Berbincang-bincang yang cukup lama. Menganai siapa ketua RW sesungguhnya dan juga mengenai persiapan maulid Nabi yang akan kami adakan.

“Saya amat bangga dengan para remaja di mushalla ini yang sangat bersemangat dalam membuat acara semacam ini” ujarnya diplomatis dihadapan para remaja yang kebanyakan masih sekolah SMP dan SMA. Tampak teman-teman remaja menyimak orasi pak RW dengan kerutan dahi dan tatapan mata yang tajam tanda mereka sangat memperhatikan. Entah apa yang membuat mereka terhipnotis dengan ucapannya. Padahal menurutku kata-katanya biasa saja dan sering didengar. Namun ada kewibawaan yang timbul dari setiap petikan katanya, suara yang terlontar lembut seperti sutra yang cantik, tak terlihat kesombongan yang menganga di parasnya, malah yang ada hanyalah sebuah kerendahhatian yang menari-nari di pelupuk matanya.

“Nanti, kalau ada kekurangan dan kebutuhan yang belum terpenuhi, bilang saja ya sama saya, insya Allah saya akan membantu semampunya” lanjutnya, perhatiannya membuat kami tenang. Didukung oleh pemerintahan bukanlah hal yang mudah. Contohnya saja ketika kumengirim proposal ke Pak Kepala Desa dan bertemu dengan kepala desa. Aku ingin meminta bantuan soal piala perlombaan, namun aku sudah disekakmat dengan kata-katanya yang serasa diplomatis.

“Sudah kalian sebar dulu undangan perlombaannya, nanti klo memang responnya banyak, insya Allah akan saya bantu” janjinya ketika itu. Namun apa yang terjadi, ketika undangan sudah disebar, dan respon pun begitu positif, aku pun menagih janjinya. Dan ketika aku datang di kantornya, tanpa basa-basi ia menyodorkan sebuah amplop putih yang berisi lembaran uang kertas yang tak bisa kumenerowong ada berapa isinya. Aku pun tanpa diberi kesempatan untuk berbicara dengannya, semua perbincangan dikuasai olehnya. Aku yang hanya rakyat biasa ingin menagih janjinya, namun mungkin pak kepala desa sibuk sehingga tak memberi kesempatan kepadaku untuk berdialog secara intensif. Alhamdulillah, walaupun tak sesuai dengan janjinya, namun sumbangan itu patut aku syukuri.

Tanggal 20 maret menghiasi kalender laptopku. Acara maulid pun di mulai, diiringi dengan suara kembang api yang menggema di langit-langit membuat terkaget-kaget sekawanan semut dan kumbang. Alhamdulillah, acara maulid pun berjalan, dan pak RW lah yang membantu semua kekurangan dana yang kami butuhkan. Ketika pak RW memberi sambutan di acara maulid, kata-kata yang paling kukenang selamanya adalah:

“Bapak-bapak dan Ibu-ibu, maafkan saya jika selama saya menjabat sebagai ketua RW masih banyak kekurangan di sana-sini. Belum maksimal dalam memperhatikan ibu-ibu dan bapak-bapak. Saya takut dengan jabatan ini pak, saya merasa belum bisa amanah dalam menjalankan roda ketua RW ini. Apalagi kesibukan saya sebagai pedagang cabai membuat perhatian saya kepada ibu-ibu dan bapak-bapak sedikit tersita, sekali lagi saya mohon maaf sebesar-besarnya”

Subhanallah, tiap helaan kata-katanya membuatku tersentak. Adakah pemimpin yang sepertia beliau sekarang ini? Padahal yang kuketahui saat berinteraksi dengannya, beliau adalah pemimpin yang amanah dan perhatian. Bahkan ia menyumbang dana terbesar acaraku dan dananya bersumber dari hasil penjualan cabainya. Ia tak mengambil untung dari kepemimpinannya, namun malah ia berusaha keras untuk mensejahterakan rakyatnya dengan dana pribadi dari usahanya sendiri sebagai penjual cabai.

Kawan, sosok pemimpin adalah idaman bagi semua laki-laki. Lalu, apakah kita sudah siap menjadi pemimpin yang amanah dan adil? Apakah siap kita berkorban demi rakyat? Apakah siap memperhatikan rakyat dengan segala kemampuan yang ada? Alangkah sulitnya bukan? Namun, sebagai laki-laki yang punya selera, sesulit apapun cobaan dan rintangan maka ia akan lalui, oleh karena itu yuk mari kita berbondong-bondong menjadi pemipin yang amanah dan adil, amin.

Malam menghiasi pelupuk mataku. Rasa kantuk yang terasa seakan terhapus dan terbang ke angkasa dengan kesuksesan acara maulid dan perlombaan di mushalla mungilku. Wahai Sang Penggerak jiwa manusia, ayat-ayatMu sungguh indah, membuat hatiku terbirit-birit ketakutan jika mengingkari ayatMu, dan membuatku bahagia ketika kujatuh indah dipelukan ayat-ayatMu. Ya Rabb, Ayat KauniyahMu menakjubkanku, Pak RW lah ayat KauniyahMu, yang menyadarkan diriku untuk bertekuk lutut di mimbarMu sambil melelehkan air mata syahdu karena belum mampu menjadi hamba yang terbaik bagiMu. I love you Tuhan.

Oleh: Adi Nurseha (Profile)

Artikel yang berkaitan



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Photobucket
 

Karya Tulis

Refleksi 02 Mei 2011

Ini hanya bagiku, entah bagi yang lainnya. Setiap hari orang-orang science mempelajari banyak simbol, dari alfabet hingga numerik atau beragam bentuk yang memang sengaja diciptakan sedemikian rupa. Aku tahu simbol-simbol tersebut sengaja diciptakan untuk

Kisah Kehidupan

Demi Sebuah Amanah

Telah lama aku berdiri di sini, di antara keramaian dan hiruk-pikuk terminal Pulo Gadung. Namun tak satupun bus antar kota yang mau berhenti dan membawaku meninggalkan kebisingan ini. Hampir satu jam lebih aku di sini, tapi semua bus antar kota nampaknya penuh semua.

Sastra

Cinta Dalam Hati ( CIDAHA )

Kala cinta datang menggoda Memanggil dan mengetuk pintu hati Lalu singgah ke rumah jiwa Tanpa kata permisi Hhm... Terdengar begitu syahdu menyentuh kalbu Namun, jika ini benar cinta Jangan biarkan cintaku padaMu hilang di hati Perkenankanlah tuk selalu mencintaiMu

© 3 Columns Newspaper Copyright by Website Nathiq | Template by Blogger Templates | Blog Trick at Blog-HowToTricks