Ungkapan Mutiara

Kita seperti teko, apa yang dikeluarkan maka seperti itulah di dalamnya. Maka berjanjilah untuk selalu membahagiakan orang lain, karena dengan begitu kita membahagiakan hidup kita sendiri (Rosa Rahmania))

Memberi sebanyak yang kita mampu, lalu kita akan menerima sebanyak yang kita butuhkan! InsyaAllah(Luluk Evi Syukur)

Ide-ide gila, butuh orang gila juga untuk mewujudkan semuanya. Demi bumi dan isinyam, baiklah. (Ana Falasthien Tahta Alfina)

Selagi sabar itu ada dalam diri maka selagi itu juga Allah akan mengujinya dan hanya mereka yang benar-benar sabar dapat dengan mudah mengatasi ujianNya (Luluk Evi Syukur)

Selepas ashar nanti Kutunggu di semenanjung hati, mendawai indahnya pelita, kala pelangi berbagi warna, selepas maghrib nanti, Kutunggu di ujung nadi, lantunkan kalam Illahi, hingga Isya hadir kembali (Khasanah Roudhatul Jannah)

Kawan, ingatlah dengan hidup ini, kadang kesusahan dalam mengarungi takdir membuat hidup kita di akhirat nanti menjadi lebih berkualitas. Dan Jangan lah berlebihan di kehidupan ini, karena takut-takut terasa hambar di akhirat nanti. So, Jadikanlah apapun itu tentang kehidupan, lalu rayakanlah dengan kesyukuran.(Adi Nurseha)

Memoar kehidupan yang tak berujung hingga kematian menjemput. Lantas sudah sampai di mana kisah kehidupan ditorehkan? (Luluk Evi Syukur)

Kau yang masih setia mengulum rindu, Kudendangkan senandung lagu merdu, Sebagai pengobat rindu di dada, Sebagai pelipur segala lara, Tersenyumlah sayang, Rindu ini pun masih terus membayang Untukmu duhai kekasih hati Sambutlah syahdunya nyanyian hati (Khasanah Roudhatul Jannah)

Jaga selalu hatimu (Rosa Rahmania)

Tak semua yang diinginkan dapat terwujud sesuai rencana. Pergi saat indah. Allah pasti punya rencana terindah dibalik semua ini. Hanya itu yang bisa menguatkanku saat ini (Yopi Megasari)

Senin, 21 Maret 2011

Panggung Kecilku Menggemparkan Dunia


Indah menghiasi pelupuk langit, diiringi dengan siulan angin genit. Embun mencoba untuk bertahan di temperatur yang mulai memanas. Sejuknya pagi ini, kuhirup dalam-dalam tanda syukurku pada Tuhan Semesta Alam. Ya Rabb, terima kasih banyak telah memberikan kenikmatan begitu hebat di dalam kehidupan ini. Ayunan mata tertuju dengan lalu-lalang para pejalan kaki. Ibu-ibu tampak asyik dan khusu di gerobak Bapak Karsem yang menyediakan sayur mayur berkelas ekonomis, tampak mulut mereka bergoyang-goyang tanda bernegosiasi tentang harga sayuran yang semakin hari semakin melambung seperti balon udara yang terbang ke atap langit.

Oh iya, terlupa, sang mentari mulai menengok dan mengumbar senyuman kepada seluruh makhluk bumi di balik awan yang mirip sutra. Lihatlah, bunga-bunga kegirangan, semut mulai berteduh kepanasan, dan ikan mulai melongok ke ujung air untuk melihat sang mentari yang anggun. Kuhirup udara pagi dalam-dalam, sambil kugerakan kedua tanganku untuk merenggangkan otot yang semalam hanya beristirahat 3 jam saja dipembaringan. Rasanya segar dan nyaman. Semoga manusia bisa pandai-pandai menjaga lingkungan yang sejuk ini.

Kulangkahkan kakiku menuju mushalla yang mungil, tempat favoritku selain kamar tidur. Di sana sudah siap sebuah panggung kecil yang kuberi nama “Panggung Gembira”. Kuteringat tadi malam, aku dan para remaja mushalla lainnya bahu-membahu membuat panggung ala kadarnya. Panggung itu berdiri dengan tanpa modal, maklum bawahnya kami meminjam sebuah kayu falet buatan orang Madura. Kami meminjam sejenak untuk acara perlombaan yang diadakan di mushalla kami.

Background berwarna biru tua terpampang hebat di atas panggung tersebut, dihiasi dengan tulisan berwarna pink dan hijau “Panggung Gembira PRIMA Competition 2011”. Kulihat background tersebut dengan kasih sayang, sambil kuperhatikan tiap sudutnya. Bismillah, semoga hari ini acara besarku sukses. Ya, acara perlombaan setingkat lurah bukan lah acara yang gampang untuk mempersiapkannya, apalagi aku dan panitia yang lain baru sekali ini mengadakannya. Sehingga agak sedikit canggung dan ruet mengelolanya. Namun, dengan tekad bulat Alhamdulillah sekarang di hadapanku telah berdiri dengan gagahnya sebuah panggung mungil yang dihiasi dengan bunga-bunga yang baru saja kupinjam dari halaman depan rumahku, dan sebuah background berkelas teri yang menawan dengan warna biru tuanya.

Kulihat panitia sibuk mengurusi tugasnya masing-masing. Mas Batuk sibuk mengelola sound system menjadi bergema, Hafiz dan Agus sibuk mempersiapkan tempat untuk daftar ulang dan singgasana juri. Bayu, Yola, dan Iqbal sedang pusing memikirkan Bazar baju Impornya yang dijual dengan harga miring 5.000 rupiah perpotong. Surur dan Aris sedang termengu menanti motor dan sepeda yang akan diparkirkan di halaman Mushalla. Sedangkan aku, sedang asyik mengamati para hamba Allah tersebut yang mendedikasi tenaga dan pikirannya untuk syiar agama Allah di muka bumi ini sambil mencari-cari celah mungkin ada sesuatu yang terlupa.

Akhirnya, acara pun di mulai, dibuka dengan penampilan Marching Band serta kembang api yang diluncurkan ke dinding-dinding udara. Para makhluk Allah tersentak dengan bunyi petasan dan marching band tersebut. Tikus, semut, lintah, lalat, nyamuk, burung, cacing dan lain sebagainya tampak melongo syahdu, begitu pun makhluk Allah yang berakal, segera menyerbu tempat yang di lewati oleh marching band dan kembang api tersebut untuk melihat keunikan acara tersebut.

Setelah acara pembukaan selesai. Sekarang giliran aku sebagai MC yang akan memandu acara perlombaan dari pagi hingga sore ini. Lomba adzan, Musabaqah Hifzil Quran (MHQ), lomba tari islami, dan cerdas cermat akan menghiasi panggung gembiraku. Tampak para peserta lomba yang hadir sumringah, tak ada rasa gentar di hatinya, yang ada hanyalah rasa penasaran ingin menjejakkan kakinya ke panggung gembiraku, padahal mereka baru saja menginjakkan kakinya di Sekolah Dasar (SD). Para peserta pun sedang mempersiapkan penampilannya. Sungguh benar-benar pemandangan yang menakjubkan bagiku, apalagi saat itu aku melihat secara langsung bagaimana keindahan acara tersebut.

“Allahuakbar Allahuakbar…..” adzan menggema hingga 33 kali, karena peserta yang mengikuti lomba adzan tersebut 33 kali. Ada peristiwa yang menarik ketika MHQ, ketika itu salah satu peserta disuruh oleh juri membaca surat At-Takatsur, tapi entah kenapa, lupa atau tidak bisa, maka dengan lantang peserta tersebut membacanya, “At-Takasur, wa ma adrokama takasur…”, sontok para penonton terpingkal-pingkal mendengarnya, rupanya yang dibaca adalah surat baru yang belum pernah ada yang mengarangnya. Seharusnya ia membaca, “Alhakumut takasur, hata jur tumul maqabir….”. Ada-ada saja fenomena tersebut, namun lucu dan menggemaskan para pesertanya. Belum lagi lomba tari islami, wah lomba ini paling seru. Mata yang mengantuk dan terlelap-lelap, ketika lomba ini diadakan langsung segar, bagaikan kucing yang diiming-imingi daging ayam yang lezat.

Satu lagi, lomba yang tidak kalah menariknya adalah lomba cerdas cermat. Lomba ini diperuntukkan untuk santri-santri yang duduk di bangku SMP. Aku yang melihatnya sempat tegang dengan lomba tersebut. Coba bayangkan dari tiga wakil mushalla kami hanya satu yang dapat menembus grand final padahal soal-soal cerdas cermat itu kubuat sendiri namun tidak pernah kubocorkan satu pun kepada orang lain. Ketika grand final berlangsung jantungku pun seperti mau copot, pelupuk mataku menipis, jidatku mengkerut, dan mulutku bergetar melantunkan doa. Aku tau, peserta grand final ini adalah peserta yang terpilih dan tentunya hebat-hebat, apalagi peserta yang berasal dari SMP Rengas Bandung, mereka membuat merinding, di babak penyisihan mereka melahap hampir semua pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh juri, bayangkan mereka di babak penyisihan mendapatkan nilai 1750 point. Sedangkan perwakilan dari mushallaku di babak penyisihan hanya mendapatkan nilai 1000 point. Jauh bukan?.

Grand final cerdas cermat pun di mulai. Pertanyan demi pertanyaan di lontarkan. Hasilnya, perwakilan dari mushalla ku sang juaranya. Dengan skor yang lumayan baik, 900 point untuk perwakilan dari mushallaku. 650 point untuk darul muttaqien, dan 450 point untuk SMP Karya Bakti. Panas dingin yang tadi menjalar sekarang berubah menjadi senyuman bahagia. Kulihat Fara, Dahlia dan Lia yang menjadi sang juara perwakilan dari mushallaku tampak sumringah dan saling berpelukkan. Terlihat amat bahagia dan penuh dengan kelegaan. Selamat kawan, kalian sang juara.

Akhirnya, acara demi acara telah selesai. Aku salut atas kerja keras para panitia. Tanpa lelah dan tanpa gaji mereka berusaha keras untuk menjadikan acara ini sehebat mungkin. Raut wajah mereka keletihan, tapi hati mereka bahagia karena telah menyukseskan acara besar ini. Perut yang kosong pun dilupakan. Sampai-sampai ketika acara selesai kami melahap kue-kue yang tersisa dengan begitu antusias. Terima kasihku kawan, sungguh ini perjuangan syiar islam. Jangan patah semangat. Kita masih banyak acara-acara besar lainnya selain PRIMA Competition 2011 ini.

Senja menghiasi langit, kawalan burung bangau mulai berduyun-duyun pulang ke tempat asalnya yang sedari pagi tadi pergi untuk mencari sesuap ikan. Para domba mulai memasuki apartementnya yang mewah. Langkah kakiku gontai untuk beristirahat. Kumenyalami satu persatu kawanku sembari menepuk pundaknya. Aku bangga dengan kerja kerasnya. Selamat istirahat kawan, besok kita akan menggemparkan dunia dengan acara-acara besar kita yang lainnya.

Kupersembahkan untuk anak-anak Persatuan Remaja Islam Mushalla Ash-Shidiqiyyah (PRIMA) atas kerja kerasnya.
Oleh: Adi Nurseha. (Profile)

Artikel yang berkaitan



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Photobucket
 

Karya Tulis

Refleksi 02 Mei 2011

Ini hanya bagiku, entah bagi yang lainnya. Setiap hari orang-orang science mempelajari banyak simbol, dari alfabet hingga numerik atau beragam bentuk yang memang sengaja diciptakan sedemikian rupa. Aku tahu simbol-simbol tersebut sengaja diciptakan untuk

Kisah Kehidupan

Demi Sebuah Amanah

Telah lama aku berdiri di sini, di antara keramaian dan hiruk-pikuk terminal Pulo Gadung. Namun tak satupun bus antar kota yang mau berhenti dan membawaku meninggalkan kebisingan ini. Hampir satu jam lebih aku di sini, tapi semua bus antar kota nampaknya penuh semua.

Sastra

Cinta Dalam Hati ( CIDAHA )

Kala cinta datang menggoda Memanggil dan mengetuk pintu hati Lalu singgah ke rumah jiwa Tanpa kata permisi Hhm... Terdengar begitu syahdu menyentuh kalbu Namun, jika ini benar cinta Jangan biarkan cintaku padaMu hilang di hati Perkenankanlah tuk selalu mencintaiMu

© 3 Columns Newspaper Copyright by Website Nathiq | Template by Blogger Templates | Blog Trick at Blog-HowToTricks