Haruskah kubiarkan takdir itu menulisku
Kemanapun ia suka dan kemanapun ia berhenti
Gamang jiwaku
Tulislah aku menjadi, hingga keluar dari kesunyiaan ini
Hujan malam akhir februari
Di atas duka yang sedang ranum
Kutuangkan kemabukan, berharap basuh luka lara bersamanya
Tangisan dalam derai hujan basah
Takkan ada yang tau kecuali aku dan Tuhan
Izinkan Tuhan aku mabuk
Hingga kudapati Kau dalam hilang sadar yang mengambang
Sebab jua aku menunggu berjuta pinta
Tak juga kudengar jawab atas tanyaku
Izinkan Tuhan aku membencimu
Hingga kusadari Kau menjadi sebentuk cinta
Kejarlah aku
Kepada perhentian tanpa upah
Aku lelah Tuhan
Kubiarkan hujan basah kunyupkan ragaku
Alirkan tangis jerit jiwaku
Hilangkan gamang pupuskan resah
Aku tak berdaya tanpaMU yang Maha
Jasad dan ragamu teman
Masih bernyawa dan bernafas
Kuhanya mampu berbagi doa
Tuhan tiada mengantuk dan tiada tidur
Takkan ada pinta sia sia
Betapapun inginku kita bermain di bawah hujan
Seperti masa kecil dulu
Tapi gilas roda waktu tak pernah peduli
Kini kau terbaring lemah tiada daya
Aku bermain sendiri bersama tangisan kepiluan ini
Aku masih sama seperti dulu
Ada mata dan hatiku
Kau tetap teman yang sempat ikut warnai hari kecilku
18/03/2011
Inspirasi menjenguk teman yang terponis lumpuh akibat kecelakaan, dia yatim, ah betapa takdir kadang sulit kutanya adilnya, tapi kuyakin perhitungNya tiada pernah salam, semoga Tuhan beri keajaiban untukmu teman, amien.
Oleh: Muslimin (Profile)
Ungkapan Mutiara
Minggu, 20 Maret 2011
Tangisan Akhir Februari
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar