Jeda yang lewat namun
Saat kubertemu ibu itu
Satu dari wanita yang dipanggil ibu oleh anaknya
Mungkin masih terlalu banyak yang lain nun di sana
Tapi kemarin aku hanya bertemu dia dan anak kecilnya
Kemarin, terik mentari seakan siap bumihanguskan apa saja yang terkena sinarnya
Bahkan sempat kudenger teman berucap
Apakah hari ini neraka sedang bocor
Sementara aku hanya bisa tersenyum beku
Sepi seakan menghisap jeritku
Betapa kuhanya mampu terpaku
Melihat lakon nyata tanpa dusta
Seorang ibu berjalan di atas panas aspal
Tanpa alas kaki dan penutup kepala
Kemana dia akan pergi???
Saat dia melintas kubertanya untuk menyapa
Aku akan pulang ke rumah jawab bibir keringnya
Raut wajah yang tergurat lelah
Mungkinkah ia lelah
Tapi demi anak dalam gendongannya ia rela terus bekerja
Jangan bilang aku salah
Bila dengan mudah tergelincir pada licin lidah
Untuk apa aku bertanya
Jika tanganku masih mendekap diam
Sesal itu ada
Kenapa aku diam terpaku
Khilaf atau aku telah mati rasa?
Untuk berucap dan bergerak aku tak mampu
Akankah tumpukan alas kaki yg kini berdebu di rak sepatuku
Kubiarkan jadi karun abad baru
Kusering merasa jenuh dan lelah
Desah basah ruah oleh waktu...
Tidakkah aku belajar pada ibu itu
Terhantam takdir ia bertahan
Menebar senyum ia mampu
Direnta usianya di masih berkarya
Walau mungkin hanya dinikmati keluarganya
Di punggungmu kulihat pendar bintang
Di dadaku kini kutanam mimpi paling nyalang
Aku yang nyaris hilang gairah
Kini merasa malu padamu
Aku tersangka
Ketika investigasi diri bicara
Samar terdengar bisik jiwaku
Aku hanya ingin tidur lelap
Ketika debat menghangat hakimi diri
Baradu kasih tulus denganmu ibu
Aku tak mampu..
Oleh: Muslimin (Profile)
Ungkapan Mutiara
Jumat, 18 Februari 2011
Aku dan Ibu Itu
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar