Lagi asyik-asyiknya membuat konsep untuk website Sumedang Design malah ada teman datang langsung mengajak shalat Jum'at. Padahal dekat masjid, seharusnya jalan kaki satu menit juga sampai. Tapi ini, temanku malah mengajak shalat Jum'at keluar. Ya sudahlah tanpa basi-basi aku juga oke-oke saja.
Kami berdua mengambil air wudhu dulu, kemudian berangkat ke Masjid UNPAD. Di jalan tau kenapa tiba-tiba ada polisi, padahal waktunya mau shalat Jum'at, dari logatnya polisi itu tidak sedang operasi razia tapi tetep saja menilang motor orang. Maklum jalan yang biasa dipakai ada porboden-nya, tapi kalo tidak ada polisi, aku biasanya lewat situ juga. Sekarang aku hendak melewati jalan yang di porboden itu, tapi tidak jadi setelah di depan ada polisi membentangkan kedua tangannya, arah motorku pun di putar balik, Kaburrrrrrr...
Berbalik arah dan mencari jalan yang lain hingga akhirnya sampai juga di UNPAD, dan motor pun kami parkir di depan masjidnya (Ya iyaalah, wong parkirannya juga di depan masjid, hahaha). Ketika masuk masjid lumayan sudah agak penuh, tapi kami pun berusaha menerobos dan mencari posisi sedepan mungkin, agar melihat sang Khatib.
Sambil berdiri menunggu adzan Dzuhur untuk shalat sunnah, terlihat di depan mimbar seseorang yang tidak asing lagi penampilannya. Mirip-mirip orang nomor satu di Jawa Barat ini. Setelah kami merenung sejenak ternyata ada benarnya juga, soalnya di depan masjid terlihat ada polisi berseragam komplit seperti pengawal. Di tambah lagi di tikungan tadi terlihat ada Polisi yang berjaga-jaga, seperti disengaja di pasang polisi di setiap sudut jalan menuju ke UNPAD. Ketika Khutbah pun, ada cahaya jepretan foto, seperti ada wartawan yang sedang memotret sesuatu, dan jepretannya pun terlihat beberapa kali. Dari situlah kemudian kami yakin kalau yang berkhutbah itu adalah bapak Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heriyawan.
Sayapun mencoba menanggapi apa yang disampaikan beliau ketika Khutbahnya. Maklum pertama kali dengar Gubernur berbicara langsung, jadi ingin tau aja sejauh mana ia pandai berbicaranya.
Pertama, tentang kebebasan beragama. Kita sebagai manusia diberi kebebasan oleh Allah SWT. untuk menentukan jalan hidup kita. Kita diberi kebebasan sebebas-bebasnya di dunia ini. Tapi di samping itu, Allah juga memberikan petunjuk atau jalan untuk mencapai suatu kebenaran. Karena menurut beliau di samping manusia diberi kebebasan, Allah juga memberikan satu pilihan kepada manusia berupa kebenaran yang hakiki yaitu Islam. Silahkan manusia sekarang bebas sebebas-bebasnya di dunia ini, tapi nanti di akhirat akan menerima akibat dari perbuatannya itu. Maka dari itu, walaupun ada kebebasan dalam beragama tapi tetap di hadapan Allah Islam yang benar. Barangsiapa yang mengikuti kebenaran menurut Allah, yaitu Islam, maka dia akan selamat dunia dan selamat di akhirat.
Kedua, tentang dimensi ketakwaan. Dimensi ketakwaan juga dibagi menjadi dua bagian; Dimensi Professionalitas dan Moralitas. Keduanya tidak boleh dipisahkan jikalau bangsa ini ingin menjadi lebih baik dan bersih dari korupsi. Dimensi professionalitas mencakup pada kinerja seseorang yang sesuai dengan prosedur pelakasanaan dan dianggap benar menurut manusia itu sendiri. Sedangkan dimensi moralitas adalah cara kerja seseorang yang perilakunya benar dihadapan Allah SWT. Beliau mengambil contoh pada kisah di zaman Khalifah Ummar bin Khattab; Ada seorang pengembala muda ketika itu mempunyai ribuan kambing yang digembalanya, kemudian Ummar mendatanginya karena ingin tahu sejauh mana ketakwaan rakyatnya. Pengembala itu ditanya oleh Ummar; "Kambing punya siapa kah ini wahai fulan?", "Ini kambing punya majikan saya." Jawab si pengembala".
Untuk mengetahui kadar keimanan si pengembala itu, Ummar pun memberikan ujian terhadapnya. Ujiannya berupa pertanyaan berikut ini; "Bolehkah saya membeli satu kambing ini saja wahai fulan?", "Oh tidak boleh, ini kambing milik majikan saya dan saya hanya sebagai pegawai di sini" Jawab si pengembala. Ujian pertama telah lolos, kemudian dilanjut ke pertanyaan kedua, maklum kalau hanya satu soal kan bukan ujian namanya. Dan soal berikutnya pun tentunya pasti lebih sulit lagi. Ummar bertanya kembali; "Kalau begitu saya beli satu, dan kamu bilang ke majikan kamu kalau kambingnya hilang di makan serigala. Dengan begitu majikan kamu tidak akan tahu dan menganggap semuanya adalah sebuah kewajaran". Di dalam pertanyaan ini, si pengembali tidak lantas spontan langsung menjawabnya, maklum pertanyaannya agak berbobot dan bisa juga dianggap benar menurut professionalitas dalam pekerjaan. Begitu Ummar memberikan tawaran, ada tawannya yang menggiurkan ada pula bentuk penyelesaian yang bisa dianggap benar secara administratif. Dalam bentuk korupsi ini adalah bentuk korupsi yang bersih secara administratif kata Pak Gubernur tadi.
Kalau saya berani bilang sedikit menarik juga tuh tawaran Ummar, dan kalau diterima sah-sah saja kayanya menurut aturan manusia. Tapi apa coba jawaban si pengembala tadi; "Tapi tetap saya tidak mau menerima tawaran anda, ini kambing bukan milik saya dan saya hanya sebagai pegawai yang diberi tugas untuk mengembalakan kambing ini dan tidak untuk menjualnya". "Tapi majikan kamu tidak akan mengetahuinya?" Sahut Ummar. Si pengembala menjawab lagi; "Mungkin majikanku cuma punya dua mata dan tidak akan melihatnya, tapi kalau begitu mau di kemanakan adanya Allal itu?"
Hmm... Mantap juga jawaban si pengembala kambing tadi. Itu merupakan salah satu contoh bentuk ketakwaan yang memiliki dimensi Professinalitas dan Moralitas. Secara professional walaupun tawaran Ummar tadi dianggap benar tapi secara moralitas itu adalah bentuk kejahatan yang di pandang buruk oleh Allah SWT.. Maka dari itu jikalau bangsa ini ingin maju dan benar-benar bersih maka di dalamnya harus dihuni oleh orang-orang Takwa. Taqwa yang berarti memiliki dimensi professionalitas dan dimensi moralitas. Begitu sahut Orang Nomor satu di Jawa Barat dalam Khutbahnya tadi.
Jum'atan pun selesai dan kami keluar mesjid. Ekh ketika mau mengambil sandal ada ajudannya Gubernur tadi sambil bawa sandal, saya pikir itu sandal Pak Ahmad Heriyawan, kayanya takut di ambil orang jadi di pegang sama ajudannya. Tapi apa coba yang dilakukan ajudan Gubernur ketika ada dihadapan saya, matanya aneh sambil menaik-naikan alisnya beberapa kali, seperti menyapa saya dengan bahasa tubuh. So kenal so dekat geura uy abong ningali bengeut urang hareupeunana, wkwkwkwk. Karek apal mereun nya bengeut urang ganteng kieu, ckckckck. Surimmmmmm... Api-api teu nyaho ue akh asa haroream teuing urusan jeung nu kitu wkwkwkwkwkwkwk.
Oleh: Mamat Munandar (Profile)
Ungkapan Mutiara
Senin, 16 Mei 2011
Bebas tapi Takwa
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar