Cintailah ia dalam diam, dari kejauhan, dengan kesederhanaan dan keikhlasan.
Ketika cinta kini hadir tidak untuk Yang Maha Mengetahui, saat secercah rasa tidak lagi tercipta
untuk Yang Maha Pencipta.
Izinkanlah hati bertanya untuk siapa ia muncul dengan tiba-tiba.
Mungkinkah dengan ridhaNya atau hanya mengundang murkaNya.
Jika benar cinta itu karena Allah, maka biarkanlah ia mengalir mengikuti aliran Allah. Karena
hakikatnya ia berhulu dari Allah, maka ia pun berhilir hanya kepada Allah.
“Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah.” (QS. Adz Dzariyat:49)
“Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak
(berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memampukan mereka dengan kurniaNya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. An Nuur: 32)
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikanNya
di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.”(QS. Ar-Ruum: 21)
Tapi jika memang kelemahan masih nyata dipelupuk mata maka bersabarlah, berdoalah atau
berpuasalah.
"Wahai kaum pemuda, siapa saja di antara kamu yang sudah sanggup untuk menikah, maka
menikahlah, sesungguhnya menikah itu memelihara mata, dan memelihara kemaluan, maka bila di antara kamu belum sanggup untuk menikah, berpuasalah, karena sungguhnya puasa tersebut
sebagai penahannya” (Hadist)
“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.” (QS. AlIsraa’: 32)
Cukup cintai ia dalam diam, bukan karena membenci hadirnya, tapi menjaga kesucianny. Bukan karena menghindari dunia, tapi meraih surgaNya. Bukan karena lemah untuk menghadapinya, tapi menguatkan jiwa dari godaan syaitan yang begitu halus dan menyelusup.
Cukup cintai ia dari kejauhan, karena hadirmu tiada kan mampu menjauhkannya dari cobaan, karena hadirmu hanya akan menggoyahkan iman dan ketenangan, karena hadirmu mungkin saja akan membawa kenelangsaan hati-hati yang terjaga.
Cukup cintai ia dengan kesederhanaan, memupuknya hanya akan menambah penderitaan menumbuhkan harapan hanya akan mengundang kekecewaan mengharapkan balasan
hanya akan membumbui kebahagiaan para syaitan.
Maka cintailah ia dengan keikhlasan, karena tentu kisah Fatimah dan Ali bin Abi Thalib diingini oleh hati, tapi sanggupkah jika semua berakhir seperti sejarah cinta Salman Al-Farisi?
“ …boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui,
sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. AlBaqarah:216)
“Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh)
itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rezki yang mulia (surga)” (QS.An-Nuur: 26)
Cukup cintai ia dalam diam dari kejauhan dengan kesederhanaan dan keikhlasan.
Karena tiada yang tahu rencana Tuhan, mungkin saja rasa ini ujian yang akan melapuk atau membeku dengan perlahan, karena hati ini begitu mudah untuk dibolak-balikan.
Serahkankan rasa yang tiada sanggup dijadikan halal itu pada Yang Memberi dan Memilikinya biarkan ia yang mengatur semuanya hingga keindahan itu datang pada waktunya.
“Barangsiapa menjaga kehormatan orang lain, pasti kehormatan dirinya akan terjaga.” (Umar bin Khattab ra.)
Oleh: Siti Aisah (Profile)
Ungkapan Mutiara
Minggu, 08 Mei 2011
Cinta dalam Diam
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar