Hatiku terkoyak lara
Menghembuskan nafas bara
Dalam lamunan duka sukma
Merasuk jiwa menjadi gulita
Ah… seandainya cacing menjadi belut
Akan kumakan habis tanpa melalui mulut
Namun, apa daya takdir Tuhan kuturut
Laksana jiwa yang terombang-ambing oleh kalut
Aku sadar biru tak selamanya indah
Kadang jingga pun hinggap dipelupuk
Sehingga, wahai hati janganlah gundah
Aku akan berusaha jiwa ini kutepuk-tepuk
Tak ada usaha yang kusombongkan
Jika takdir selalu menguntit di impian
Walau aku tak seberapa kenal Tuhan
Yang pasti aku turuti nasib kehidupan
Tuhan, maafkan aku jika jalur ini yang kutempuh
Aku tahu itu amat terjal dan berliku lumpuh
Aku tak menyerah lemas dan tersungkur
Bahkan aku akan menuruti hati yang bergetar
Aku ingin Dia sumringah girang
Akan kukorbankan cita dan cinta yang gersang
Demi, Dia yang kusayang
Karena aku dan hatinya bersatu riang
Sekarang, aku berharap dalam senja shubuh
Dalam renungan doa yang riuh
Air mataku pun menetes berkeluh kesah
Disambar dengan rongrongan suara ayam yangrusuh
Moga Dia lebih kuat menghadapi kehidupan
Yang gelamor dan penuh simpanan kabut kalut
Aku tak mau gantung diri dalam kelana kesendirian
Jika misiku masih bergelanyut dalam setiap rongga kecut
Enam bulan sudah kubertapa
Sesenggukkan mata yang nestapa
Dan linangan amarah juga meluap
Keduanya membuat kehidupanku laksana atap
Maka, izinkanlah Tuhan
Kuingin menepaki takdirMu dalam sorotan harapan
Yang membuat kami merasa tentram dan nyaman
Sehingga aku bisa leluasa bergurau dengan sandi kehidupan
Sekali lagi Tuhan, Izinkan aku
Aku yakin keputusanMu pasti mempesona khusu
Membuatku berjingkrak riang menjadi hambaMu
Lalu, aku mengarungi dawai hidup yang lugu
Disisa kehidupanku
*Untuk Dia yang sedang Uzlah (Menyendiri) semoga sepi membuatnya manis dan berwibawa menyongsong guratan takdir
Oleh: Adi Nurseha (Profile)
Ungkapan Mutiara
Minggu, 01 Mei 2011
Berharap dalam Senja Shubuh
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar