Dari Suhaib ra., bahwa Rasulullah Saw. bersabda, "Sungguh menakjubkan perkaranya orang yang beriman, karena segala urusannya adalah baik baginya. Dan hal yang demikian itu tidak akan terdapat kecuali hanya pada orang mukmin; yaitu jika ia mendapatkan kebahagiaan, ia bersyukur, karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan yang terbaik untuknya.
Dan jika ia tertimpa musibah, ia bersabar, karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan hal terbaik bagi dirinya" (HR. Muslim)
SABAR. . .
Entah dari mana asalnya, kata ini terkadang ampuh, membuat kita berhenti menangis saat cobaan menyapa hidup kita. “Bersabarlah”. Kadang malah membuat kita ingat sekaligus ingin beristighfar dan langsung mengambil wudhu, lalu Quran untuk melantunankan beberapa kalimatnya. “Bersabarlah”. Bagi yang non-Muslim biasanya juga langsung mengatakan “Puji Tuhan” dan mengambil kitab sucinya sambil mencari rentetan ayat yang berhubungan dengan penenangan diri dan berserah diri. “Bersabarlah”.
Karena saya seorang Muslim, maka saya menulisnya berdasarkan apa yang saya pahami dari keyakinan saya, namun ini bukan berarti mengesampingkan agama non-Muslim atau melarang yang berbeda keyakinan dilarang membacanya. So, tulisan ini untuk siapapun yang ingin memelihara sifat SABAR dalam konteks yang luas. ^_^
Sabar berasal dari bahasa Arab, yang kemudian seiring perkembangan budaya menjadi istilah dalam bahasa Indonesia. Asal katanya adalah "Shobaro" membentuk infinitif (masdar) menjadi "shabran". Jika didefinisikan secara bahasa, sabar berarti menahan dan mencegah. Agar semakin kuat maknanya. Mari kita mengintip firman Allah dalam Quran, “Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaanNya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas." (QS. Al-Kahfi: 18 - 28).
Seberapa penting tho sabar itu?
Lha ini dia pertanyaan yang mungkin semua orang sepakat dengan saya. Bahwa sabar itu sangat amat penting sekali. Mau bukti? Banyak pemerkosaan yang terjadi di Negri ini. Andai saja para pelaku bersabar menahan syahwat mungkin saja tidak ada korban, malah sekarang lagi nge-trend banget tuh Bapak menjadikan anaknya sebagai objek pelampiasan syahwatnya. Mau bukti lagi? Andai saja para koruptor bersabar untuk menjadi jutawan, uang Negara tidak akan habis seperti sekarang. Andai saja kemarin, ketika kalah AFF para supoter sabar, pasti deh kita tidak akan menyalahkan si Firman Utina (soalnya lagi musim bola jd contohnya sedikit nyerempet hehehe…) dan parahnya andai para pembeli tiket final AFF sedikit bersabar pasti tidak ada deh yang sampai pingsan apalagi ada yang meninggal karena dehidrasi.
Tidak akan ada pencurian hingga akhirnya pelaku membunuh korban, jika sabar itu ada, karena sabar adalah ketenangan. Tidak akan membuat suami istri saling membenci dan melakukan perceraian, jika sabar itu ada, karena sabar adalah kedamaian. Tidak akan ada bentrok antara mahasiswa yang melakukan demonstrasi dengan polisi, jika sabar itu ada, karena sabar adalah pembelajaran. Tidak akan ada guru yang mengacuhkan muridnya karena kenakalannya, jika sabar itu ada, karena sabar sebuah didikan.
Bagaimana sabar itu bisa tumbuh?
Sabar bukan berarti berhenti dan diam ketika ada masalah yang menimpa hidup, dan bukan berarti putus asa dan pasrah tanpa melakukan suatu apapun. Berhenti sejenak dan segera bergerak cepat melakukan perubahan ke arah yang lebih baik. Sabar adalah menunda respon atas stimulus yang menyakitkan dirinya untuk beberapa saat sampai merasa tenang sehingga pikiran dapat berfungsi kembali dengan baik. Itu berarti secara tidak langsung sabar akan mengasah kecerdasan emosi, terutama dalam menghadapi situasi marah dan menyakitkan.
Pada dasarnya manusia diciptakan oleh Allah SWT. di muka bumi ini dituntut untuk selalu mendayung akan budinya agar tercipta ketentraman, kedamaian, kebahagiaan, dan kebaikan. Secara psikologis orang-orang yang demikianlah yang akan mengalami ketenangan dalam hidupnya walau kerap tekanan hidup menghampiri.
Manusia mempunya naluri yang mengajaknya untuk mencari, menentukan dan menemukan sesuatu yang baik dalam hidupnya. Naluri juga yang senantiasa mengajak manusia untuk membenahi diri ke arah yang lebih baik. Dalam setiap hari bahkan setiap detik kehidupannya, ia berusaha memperbaiki hal-hal yang dianggap kurang pas dan mencari alternatif lain yang lebih baik. Manusia dengan akal budinya kemudian menjadikan hidup sebagai sebuah proses pencarian yang tidak pernah kunjung usai serta mencari kepuasan dalam melakukan segala hal, namun terkadang kepuasan tersebut semakin tidak ia dapatkan.
Dalam sebagian besar perjalanannya hidup anak adam, agama banyak memberikan petunjuk. Namun dengan adanya keterbatasan kemampuan serta ideologi menyimpang, manusia kerap tidak mampu menggapai puncak keistimewaan tersebut. Dalam konteks ini, manusia juga lazim mengeluh dan bahkan kecewa akan kondisi psiko-Ilahiyah-nya, sehingga merasa terpanggil untuk melakukan perbaikan-perbaikan dalam hal keagamaannya.
Kesatuan antara keyakinan terhadap Allah SWT., serta taat terhadap apa yang sudah diajarkan Islam, sangat membantu kita untuk terus memelihara sikap sabar dalam setiap konadisi. Ketenangan jiwa yang dihasilkan dari kedekatan kita pada Yang Maha Kuasa memberikan energi positif dalam menjaga hati kita yang kerap berbalik setiap waktu. Menjadi manusia yang selalu berikhtiar, berdaya upaya dan berjuang agar menjadi orang yang beriman, dengan mendidik dirinya masing-masing, dan memperdalam keyakinan dan pengetahuannya tentang Tuhan dan agama adalah cara cepat untuk memperoleh energi sabar dalam setiap kondisi. Insya Allah.
Oleh: Luluk Evi Syukur (Profile)
Ungkapan Mutiara
Kamis, 19 Mei 2011
Berhenti Sejenak dan Segera Bergerak Cepat
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar