Helaan nafas beriring dahaga
Membuat hatiku tersayup bagaikan besi tua
Lelah kaki melangkah di jalan yang terjal
Bersimbah duduk di pelataran rumah suci Tuhan
Terluka dalam gelap gulana
Terombang-ambing oleh ombak setan
Dan terdongkrak oleh ketamakan
Aku mencari tempat persinggahan
Waktu tak main-main
Mata pun sayu dalam dekapan kesunyian
Di tempat yang asing bagi otakku
Aku berjalan tanpa arah melewati setiap lekukan malam
Rumah Tuhan yang kutuju
Mungkin di sana lah bisa kutumpahkan kelelahanku
Namun, tak satu pun rumah Tuhan terbuka
Mungkin Ia murka dengan keputusanku
Langkah kaki tak berhenti
Mencari selisik kebutuhan rohani
Di Rumah Tuhan yang ke empat itu aku berdoa
“Ya Rabb, apa yang harus kulakukan?”
Aku rindu pada purnama
Yang menggelontorkan cintanya untukku
Walaupun malam gelap seakan memakan bayanganku
Namun ia masih setia menemaniku dengan kekuatan cahayanya
Aku rindu pada purnama
Tawa dan candanya membuatku bahagia
Kadang kuberpikir untuk menyerah dalam perjalanan ini
Namun tekad bulatku memberengus semua inginku
Aku rindu pada purnama
Aku pernah berjanji menjadi sang kstaria
Namun pecundang yang sekarang sedang mengangkangi wajahku
Aku kalut dalam dekapan rindu
Wahai purnama
Izinkan sejenak kumeninggalkanmu
Untuk membina hati yang sedang carut marut
Untuk membinasakan jiwa kotor pemberengus jiwa
Wahai purnama
Tetap setialah menantiku hingga batas waktu yang kutuju
Akan kulakukan yang terbaik untukmu
Akan kuberikan kekuatan untuk memandangmu
Wahai purnama
Maafkan aku meninggalkanmu tanpa sepeser katapun
Namun aku yakin kau bijak menemani malam
Dan kau akan berdua denganku di mana pun aku melangkah
* Di tempat pengasingan diri. Puisi ini kupersembahkan untuk orang yang kucintai, dan kru website Nathiq, "Aku bersamamu Kawan!!!, sampai berhentinya nafas yang memisahkan kita"
Oleh: Adi Nurseha Saduki (Profile)
Ungkapan Mutiara
Minggu, 15 Mei 2011
Rindu kepada Purnama
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar