Ini hanya bagiku, entah bagi yang lainnya. Setiap hari orang-orang science mempelajari banyak simbol, dari alfabet hingga numerik atau beragam bentuk yang memang sengaja diciptakan sedemikian rupa. Aku tahu simbol-simbol tersebut sengaja diciptakan untuk mempermudah ingatan, mengakumulasikan banyak satuan dan pemahaman, hingga bisa dicapai sebuah teori, sebuah hipotesis, sebuah postulat, dan sederhananya sebuah rumus.
Sekali lagi ini hanya bagiku, seringkali rumus-rumus tersebut hanya dipahami sebagai sebuah bentuk mati tanpa aplikasi yang hidup. Rumus-rumus tersebut hanya dipakai sebagai alat pengganti angka-angka yang diketahui ketika ujian berlangsung. Ini adalah kesalahan fatal bagiku, melupakan alasan dasar kenapa simbol-simbol bernama rumus itu dibuat, membuatnya seakan-akan diciptakan tanpa alasan yang bermanfaat, tergeletak begitu saja di buku tulis tanpa sesuatu yang aplikatif.
Dan jujur, aku tidak suka mempelajari sesuatu yang mati, yang tidak bisa aku aplikasikan hingga manfaatnya terasa dalam kehidupan. Meskipun kendalanya sangat luar biasa, membayangkan beberapa gaya dari sebuah benda mati, hingga gaya-gaya tersebut bisa menyebabkan gerak, usaha, maupun energi. Apa mungkin karena mindset dalam otakku yang space-nya sangat terbatas? yang aku tahu selanjutnya adalah bahwa aku masih harus banyak belajar, mempelajari berbagai fenomena rumus hingga bisa mengkonsepnya dengan baik. Hasilnya adalah pemahaman baru tentang kehidupan.
Aku sangat ingat sekali, saat itu seorang Kakak kelas menjelaskan padaku dan teman-teman:
"Seperti yang kalian tau P=F/A, artinya tekanan yang terjadi akibat adanya hubungan antara gaya eksternal dengan luas penampang. Dalam kehidupan, gaya eksternal diibaratkan segala masalah yang datang dalam hidup manusia, lalu luas penampang diibaratkan ruas hati. Aturannya, karena P (tekanan) berbanding terbalik dengan A (Luas penampang) maka setiap gaya eksternal (F) yang datang hingga menyebabkan tekanan dapat dikurangi efeknya dengan memperbesar luas penampang dalam diri kita. Gampangnya begini, setiap masalah yang datang seperti gaya eksternal yang menyebabkan tekanan dalam hidup kita. Akibatnya semuanya terasa buram dan suram, untuk mengatasinya adalah dengan cara melapangkan hati, bersikap sabar dan ikhlas agar tekanan dalam hidup kita berkurang"
Umm... menarik, aku suka rumus yang selalu diaplikasikan dalam kehidupan. Saat itu aku hanya terpesona mendengar penjelasan dari Kakak kelasku itu, beliau menambahkan:
"Seringkali manusia merasakan tidak cukup bisa untuk melapangkan hatinya sendiri. Hey siapa bilang melapangkan hati harus dari dalam diri, menambah luas penampang bisa diatasi dengan menambah luasnya dengan benda lain. Artinya berceritalah pada orang lain, curhat tentang masalah yang kamu alami. Itu sama dengan usaha menambah luas penampang hatimu, itulah sebabnya kenapa dengan bercerita tekanan dalam hati terasa berkurang dan hidup juga lebih terasa lega" Begitu paparnya,
Salah satu pesan dari rumus Fisika yang sederhana, favoritku juga adalah ketika dosenku menyamakan rasa malas dengan gaya statis yang membekekukan, itulah alasannya F (gaya) Statis lebih besar dari pada F (gaya) Kinetis, rasa malas memang selalu membuatmu malas memulai sesuatu. Namun jiika kamu bisa mengusir rasa malasmu dengan berbuat sesuatu yang bisa kamu lakukan sekarang juga maka gaya Statis dapat kamu ubah menjadi gaya kinetis yang efisien, selanjutnya dapat diciptakan kecepatan dan percepatan seperti hukum Newton 2. Lalu bagaimana jika rasa malas itu sama sekali tidak mau bergeming dan tetap bertahan?
Itulah gunanya yang bernama motivasi, seperti hukum Newton 1, hukum kelembaman "Sesuatu akan berubah jika terdapat alasan yang membuatnya berubah". Seperti kebanyakan manusia yang tiba-tiba berubah karena memang ada suatu motivasi sebagai gaya eksternal yang memang membuatnya semangat untuk berubah, menciptakan sebuah pencapaian.
Kemudian, aku digiring terhadap sebuah pemahaman mendasar tentang Fluida, kali ini asas Bernoulli. "Pergerakan arus akan menyebabkan berkurangnya sebuah tekanan yang ada sehingga lebih memperlancar laju aliran" artinya jangan diam menunggu sesuatu tapi bergeraklah menemukan sesuatu hingga berbagai tekanan dalam hidupmu akan berkurang. Umm... menarik bukan?
Aku menyebut semuanya sebagai sesuatu aplikatif yang bisa langsung diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Pernah terpikir kenapa jalur nasib tiap-tiap individu saling berbeda? ada yang begitu cepat sukses dan ada juga yang begitu sulit sukses? bagi yang cepat sukses mungkin itulah saat ketika kesempatan saling bertumbukan lenting tidak sempurna, tidak ada yang saling terpental tapi saling bertemu. Dan bersabarlah bagi yang belum menuai kesuksesan dalam hidupnya, ingat Allah itu Maha Adil. Jika Dia belum membuatmu sukses maka itu artinya Dia telah menyiapkan beragam kejutan yang harus kamu nikmati terlebih dahulu.
Dalam Impuls dan Momentum "Gaya kecil yang berkerja dalam waktu yang lama dapat menghasilkan perubahan momentum yang sama dengan gaya besar yang bekerja dalam waktu yang singkat" Artinya sederhana, jangan pernah putus asa terhadap segala usaha yang belum menuai hasil, karena jika kamu terus berusaha, sabar dan ikhlas maka ikhtiarmu akan menghasilkan sesuatu yang tidak jauh berbeda dengan orang yang lebih dulu sukses dalam hidupnya.
Dan satu hal, dulu aku berpikir bahwa seluruh benda, entah itu benda mati maupun benda hidup pasti akan mengalami gaya Gravitasi, semuanya bisa jatuh kapan saja. Tapi ternyata pemahamanku sedikit salah, yang berpengaruh terhadap sebuah gravitasi bukanlah sebuah benda tapi ruang seperti kata eyang Einstein. Ruang berudara seperti Bumi yang menyebabkan gaya gravitasi itu sangat mungkin mengenai seluruh benda mati dan hidup. Maka sederhana, jika selama hidup tidak ingin merasakan jatuh hiduplah di planet tanpa udara, di luar angkasa sana tidak ada gaya apapun selain gaya gravitasi yang membuatmu jatuh. Alhasil kamu akan melayang bahkan beratmu sendiri sama sekali tidak membantu.
Tapi tidak perlu khawatir, Gravitasi bisa dikacaukan dengan jarak. Seperti kata hukum universalnya abang Newton tentang gravitasi itu sendiri. "Semakin besar jarak maka efek gravitasi akan semakin melemah". Umumnya orang-orang jatuh karena adanya tekanan yang besar, bagaimana caranya untuk bangkit? Ciptakan semangat hingga bisa mengecoh gaya gravitasi yang menimpa, semangat secara tidak langsung akan membuatmu bangkit, membuatmu menciptakan jarak dengan banyak tekanan yang mengganggu sebelumnya. Benarkan?
Sebagai ulasan, ada sebuah kalimat favorit adegan Cinta-Rangga dalam salah satu Film bagus dalam listku "Ada Apa dengan Cinta", begini bunyinya "Bila Emosi mengalahkan logika, terbuktikan kebanyakan ruginya. Benerkan?" Singkatnya, emosi hanya membuat hatimu tumpul menyerupai benda pejal. Aturannya semakin pejal sebuah benda dia akan semakin sulit untuk bergerak, begitu juga hati yang tumpul dia tidak akan mampu berbuat apapun, jelaskan kebanyakan ruginya? hohoho...
Beginilah hidup, hidupku yang ingin aku ciptakan se-aplikatif mungkin. Dengan sederhananya hidup dan serumitnya beragam rumus yang ingin aku konsep dengan sesederhana mungkin. Pikiran manusia telah banyak mengandung komplikasi karena begitu rumitnya, maka cukup sederhanakan berbagai hal disekitarmu hingga tidak membuat hidup yang sederhana ini juga terasa lebih rumit. Fisika yang rumit-pun jangan dibuat makin rumit dengan banyaknya rumus mati tanpa konsep. Inilah tantanganku kedepannya, tantangan setiap orang yang pernah berhubungan dengan Fisika, begitu juga dengan disiplin ilmu lainnya. Hingga kedepannya pendidikan di Indonesia dapat dinikmati dengan sangat menyenangkan, demi masa depan bangsa yang lebih baik dari sekarang. Selamat hari pendidikan nasional.
**
Pendidikan itu tidak dibatasi oleh berlembar-lembar manuskrip yang berisikan tulisan
Juga terpaku pada berbagai teori tanpa eksperimen yang nyata
Tidak juga hanya berbentuk asumsi yang melahirkan perdebatan semata
Tapi jauh lebih membentang bagi mereka yang suka berpikir terbuka
Segala yang terlihat
Segala yang terdengar
Segala yang terasa
Yang menuntun hati kepada hikmah dan pembelajaran yang tak terhingga
Pendidikan itu bukan kepintaran yang menjadi alasan utama
Tapi justru lebih ditekankan kepada moral yang santun
Serta sikap yang empati dan ikhlas
Juga seberapa yang dapat digunakan untuk bermanfaat
Seperti batang padi yang kian merunduk ketika makin berisi
Atau lebah yang tak pernah lelah untuk memberi
Pendidikan itu adalah meleburnya jiwa dengan alam semesta
Penyebab lebih terbukanya mata hati terhadap kebenaran
Tidak sekedar membenarkan kebiasaan para nenek moyang
Namun bersedia untuk membiasakan hal yang baru tapi benar
Pendidikan itu sama seperti menyadari kenapa bumi berputar
Berpikir kenapa air mengalir
Serta alasan bintang yang bersinar
Lewat paradigma dengan format tiga dimensi kesegala arah yang berpendar
Pendidikan itu bukan pemecah antara agama dan pengetahuan
Namun pemersatu diantara keduanya
Bukan sekedar menuntut untuk tahu
Namun mengajarkan untuk memahami
Pendidikan itu -Ki Hajar Dewantara-
"Ing ngarso sung tulodo"
(Di depan memberikan contoh teladan yang baik)
"Ing madyo mangunkarso"
(di tengah membangkitkan semangat)
"Tut wuri handayani"
(dari belakang memberikan dorongan)
SELAMAT HARI PENDIDIKAN NASIONAL
Cerdaskan nurani
Kokohkan budi pekerti
Wujudkan indonesia lebih baik :)
Oleh: Ana Falasthien Tahta Alfina (Profile)
Ungkapan Mutiara
Senin, 23 Mei 2011
Refleksi 02 Mei 2011
Minggu, 22 Mei 2011
Kesendirian yang Bermakna
Kesendirian, suatu waktu di mana kita tak bisa menghindarinya. Banyak moment di mana kita harus tinggal seorang diri; saat di kamar mandi, saat di rumah tak ada orang kecuali kita, saat berada di sebuah ruangan warnet. Saat kesendirian itu muncul, saat di mana syaithan dengan gencarnya menggoda kita. Karena biasanya, kita akan jauh lebih semangat beribadah ketika ada orang di sekitar kita. Apalagi jika orang yang di dekat kita adalah orang yang shalih, yang senantiasa “menularkan” kebaikan pada diri kita. Ketika penghalang itu tak ada, setan pun dengan leluasa menerobos masuk dalam hati dan pikiran kita.
Karena iman yang lemah, kita pun kerap terjebak pada bujuk rayu syaithan. Kita menuruti apa mau syaithan. Tadinya kita rajin shalat, membaca Quran, tiba-tiba menjadi makhluk jalang yang bersuka cita pada kemaksiatan. “Ah… tidak ada yang melihat saya melakukannya,” bisiknya dalam hati.
Saat kesendirian itulah keimanan kita sedang diuji, apakah kita benar-benar mencintai Allah dengan setulus hati, apakah kita hanya takut kepadaNya ataukah ibadah yang kita lakukan selama ini hanya sandiwara dan ingin dipuji oleh orang yang sedang bersama kita?
Saat sendiri, berarti kita hanya berdua-duaan dengan Allah. Alangkah baiknya kita gunakan kesempatan itu untuk bermunajat dan mendekatkan diri kepada Allah. Ketika dalam keramaian kita berdzikir seratus kali. Maka saat sendirian, kita harus lebih dari itu. Uwais al-Qarny Ra. pernah berkata, “Aku tidak pernah melihat seseorang bisa mengenal Tuhannya, sementara dia lebih banyak bersama selainNya.”
Suatu ketika, di malam yang dingin dan sunyi, Imam Abu Hanifah bermunajat di sebuah masjid. Di sana beliau menghabiskan waktunya dengan shalat, dzikir, dan berdoa hingga shubuh. Tak disangka, ada orang yang melihat ibadahnya itu. Setelah mengetahui ada yang memperhatikannya, beliau lalu berkata kepada orang tersebut agar merahasiakan perihal apa yang dilihatnya.
Diriwayatkan bahwa Imam Malik tidak terlalu banyak melaksanakan puasa dan shalat sunnah. Akan tetapi, kesendiriannya dipenuh dengan hal-hal yang berguna dan bermakna.
Seorang ulama bernama Umar Tilmisani pernah menceritakan pengalamannya. Di suatu malam, Imam Hasan al-Banna -gurunya- memanggil namanya, “Ya Umar, apakah engkau sudah tidur?” Lantas Umar menjawab, “Belum ya Syaikh…” Kemudian Imam Hasan al-Banna kembali masuk ke kamarnya. Beberapa saat kemudian Imam Hasan al-Banna kembali bertanya dengan pertanyaan yang sama. Tapi kali ini Umar sengaja tidak menjawabnya, karena pasti nanti akan bertanya lagi hal yang sama. Umar pura-pura tidur.
Setelah tidak ada jawaban dari Umar, Imam al-Banna masuk kembali ke kamarnya. Beberapa saat lamanya pertanyaan yang sama tidak segera muncul, Umar pun melihat apa yang dilakukan gurunya itu di dalam kamarnya. Demi melihatnya, Imam Hasan al-Banna sedang bermunajat dengan tangisan menyayat hati. Akhirnya tahulah Umar, jika gurunya itu menginginkan kesendirian dalam bermunajat kepadaNya, sehingga amalan hanya semata-mata karena Allah.
Sungguh asyik berdua-duaan bersama Allah, sehingga Allah akan menganugerahi cahaya pada wajah kita. Imam Hasan al-Bashri pernah ditanya, “Kenapa orang yang rajin shalat malam wajahnya tampak bercahaya?” Imam Hasan menjawab, “Karena dia berdua-duaan dengan Allah sehingga Allah menghadiahinya sebagian dari cahayaNya.”
Seorang yang taat di kala ramai maupun sepi akan mereguk manisnya iman. Dia akan mendapatkan peningkatan kualitas iman dalam dirinya. Sesungguhnya semua ibadah yang kita lakukan untuk diri kita sendiri, bukan untuk orang lain. Kita berlaku demikian laksana melemparkan kayu Hindi (bahan minyak wangi) ke tengah bara api, kemudian wanginya tercium oleh manusia, namun mereka tak tahu dari mana sumber wewangian itu.
Ada orang yang jika kita mendekatinya terasa damai. Ketika menatap wajahnya, semakin mendorong kita untuk banyak mengingat Allah. Semakin bergaul akrab dengannya, terasa kebaikan-kebaikannya. Cintanya kepada kita bukan kamuflase sesaat, tetapi merupakan cinta murni yang datang dariNya. Terasa di sekeliling kita “harum mewangi” ketika kita bersamanya.
Namun, ada orang yang jika kita semakin dekat dengannya, hati kita semakin hampa, keras membatu, dan kotor oleh maksiat. Mungkin pada mulanya, kita menganggapnya orang baik. Namun lama kelamaan ketahuan belangnya, hatinya lebih busuk dari bangkai dan lebih kejam dari binatang liar. Merekalah orang-orang yang hanya taat di kala ramai, namun berbuat maksiat di saat sendiri.
Barangsiapa yang kesendiriannya baik dan penuh makna, akan menyebarlah aroma keutamaannya dan hati pun akan senantiasa mencium wewangiannya. Jagalah perilaku Anda dalam kesendirian, karena hal itu sangat bermanfaat.
Jakarta 05.05.2011 pukul 03.45
Oleh: Siti Aisah (Profile)
Sabtu, 21 Mei 2011
Demi Sebuah Amanah
Telah lama aku berdiri di sini, di antara keramaian dan hiruk-pikuk terminal Pulo Gadung. Namun tak satupun bus antar kota yang mau berhenti dan membawaku meninggalkan kebisingan ini. Hampir satu jam lebih aku di sini, tapi semua bus antar kota nampaknya penuh semua. Aku sudah mulai gelisah dan bosan dengan suasana bising di sekitarku itu, terbersit dalam anganku untuk menembus keramaian, lalu mencari tempat mangkal bus antar kota seperti Sinar Jaya misalnya. Namun belum sempat aku melangkahkan kaki, saat itulah datang seorang bapak yang nampaknya juga hendak menunggu bus antar kota. Sekilas bapak setengah baya itu ramah menegurku dan bertanya ke mana tujuanku. Percakapanpun mengalir begitu saja, tak pernah terbesit di otakku menaruh curiga kepada beliau. Beberapa saat kemudian Bapak setengah baya itu pun memberikan saran untuk naik minibus dan turun di dekat pangkalan bus Sinar Jaya.
Tanpa rasa curiga aku pun menuruti saran bapak setengah baya itu. Ia sibuk melambai-lambaikan tangan pada beberapa minibus yang lewat. Namun belum jua ada minibus yang berhenti sebagai respon atas lambaian tangannya. Sementara riuh rendah suara bising kendaraan dan teriakan pedagang asongan semakin memekakan gendang telinga. Akhirnya ada juga minibus yang berhenti menghampiri lambaian tangannya. Bapak itu pun mempersilahkan aku untuk melompat ke atas minibus terlebih dahulu. Dengan sigap aku pun segera melompat. Sesaat kemudian aku telah berada di dalam minibus yang di maksud. Tanpa memperhatikan bapak setengah baya itu, aku segera mencari tempat duduk yang berada tepat di dekat jendela kaca, dan ternyata ia mengambil tempat duduk tepat di sebelah ku. Padahal masih banyak tempat duduk lainnya yang bisa ia tempati. Akhirnya pembicaraanpun kembali berlangsung, saling tanya saling jawab, namun aku hanya menjawab seperlunya saja. Entahlah seperti ada rasa risih yang hinggap, yang membuat perasaanku menjadi was-was. Apalagi melihat caranya duduk dan caranya mengajak bicara, seolah ingin selalu dekat. Untungnya aku membawa barang bawaan yang bisa kujadikan dinding pembatas sehingga beliau tak bisa duduk merapat ke arahku. Mulailah bapak itu mengarang sebuah cerita, cerita yang lumayan menarik namun membosankan bagi diriku.
Beliau mengaku kalau saat ini dirinya sedang menghadapi sebuah masalah menyangkut harta warisan keluarganya, yang hanya akan beliau dapatkan apabila beliau telah jelas mempunyai seorang calon istri. Beliau menerangkan detail permasalahan dengan gaya bahasanya yang mungkin mampu melambungkan hayalan seseorang yang mudah terlena dengan iming-iming jutaan rupiah. Tapi maaf, tidak untukku. Aku seperti telah menebak apa ujung dari akhir ceritanya. Benar juga, akhirnya beliau memintaku untuk pura-pura menjadi calon istrinya dengan imbalan dua juta rupiah.
Dengan sopan aku pun menolak, tapi beliau terus berusaha menerangkan, memohon dan mengiba dengan berbagai kalimat yang intinya memelas, hingga membuatku curiga bahwa cerita itu hanyalah karangannya saja. Namun aku berusaha tuk tetap rileks seolah tidak menaruh rasa curiga terhadapnya. Tak terasa minibus yang kami tumpangi berhenti di sebuah jalan yang sangat besar dan bercabang-cabang, dan bapak setengah baya itu pun segera mengajakku untuk turun sementara dengan sigap tangannya meraih barang titipan temenku yang tadi kujadikan dinding pemisah tempat duduk antara diriku dengan beliau. Kontan saja akupun segera turun mengikutinya, karena beliau telah mengambil barang titipan itu dan membawanya turun. Mau tidak mau, aku pun mengikuti langkah kakinya dengan penuh tanda tanya. Rasanya tidak mungkin aku berteriak dan lari karena aku sendiri tidak tahu di mana aku berada. Jika aku berteriak maka apa yang mesti aku teriakkan, karena sejauh ini bapak setengah baya itu tidak menjahatiku. Akhirnya kuhanya bisa mengikuti beliau sambil mencermati setiap ruas jalan raya di sekitarku.
Diantara riuh rendah kebisingan lalu lintas kota Jakarta saat itu, bapak itu mengatakan bahwa pangkalan bus Sinar Jaya berada tak jauh dari tempat kami berdiri. Akupun menoleh mengikuti arah telunjuk tangannya yang menunjuk ke arah jalan sepi di ujung jalan. Selanjutnya aku segera mengikuti bapak setengah baya itu menyeberangi kawasan jalan raya yang cukup lebar.
"Maaf Pak, biar saya bawa sendiri, ini punya temen saya." kataku mencoba meminta barang yang dibawanya. Namun beliau tidak memberikan barang titipan temenku itu. Terpaksa aku pun terus mengikutinya. Kini kami telah berada di jalan raya yang sepi, di kanan kiri jalan di penuhi pohon-pohon besar yang menjulang tinggi. Hatiku semakin was-was, mau di bawa kemana aku ini. Semakin berkecamuk perasaan dalam dadaku. Pikiranku mulai dihantui perasaan curiga yang berlebihan. Namun aku masih tetap pura-pura tenang, melangkah mengikuti langkahnya menyusuri sepinya jalan raya.
Dari kejauhan nampak seorang laki-laki mondar-mandir di tepian jalan, hatiku berdebar-debar tak karuan, jangan-jangan itu teman bapak ini. Kecemasan mulai hinggap memenuhi otakku. Tak henti-hentinya aku berdoa memohon perlindungan dari Yang Maha Kuasa. Kalau bukan karena barang titipan temanku dibawa bapak itu, aku tidak akan mengikuti langkah kakinya, pasti aku sudah ambil langkah seribu. Yang aku syukuri saat itu adalah aku tidak memakai rok. Yah... untungnya aku pakai celana jeans dan sepatu sport. Sehingga memudahkan bagiku jika nanti terpaksa harus berkelahi melawannya, lalu lari sejauh-jauhnya. Sampai detik itu aku masih mencoba untuk bersikap tenang. Sambil terus mengikuti bapak itu aku memutar otakku, mencoba mencari jalan keluar seandainya terjadi hal-hal yang mungkin membahayakan keselamatan diriku.
Setidaknya hatiku cukup tenang karena aku punya sedikit bekal ilmu beladiri yang pernah kupelajari sewaktu sekolah di tingkat SMP. Mau tidak mau mungkin harus kupraktekan. Walau aku tahu aku belum tentu menang jika harus adu otot dengan pria dewasa berbadan kekar itu. Saat itulah tiba-tiba saja aku ingat nasehat dari seorang guru Tatanegara saat kumasih sekolah di SMA Katholik. Bagaimana melumpuhkan lawan yang berbadan kekar sekalipun hanya dengan menggunakan satu ibu jari. Tanpa sadar aku pun tersenyum sendiri, ketenangan batin mulai menyelinap di benakku. Dalam hati aku mulai bicara sendiri "Biarin mati-mati, kalau gak aku yang mati ya lawan yang mati". Serasa menjadi orang terkejam saat itu. Kembali kuatur nafas sekedar tuk menenangkan dan mengontrol diri. Aku mulai menyusun strategi dalam otakku, dan tetap berusaha untuk bersikap tenang.
Jarak semakin dekat, dan akhirnya...
"Alhamdulillah..." pekik jerit hatiku mensyukuri kenyataan detik itu. Ternyata laki-laki yang mondar-mandir itu bukanlah teman bapak setengah baya yang masih setia menenteng barang titipan sahabatku. Bapak setengah baya itu terus berjalan sambil tak henti-hentinya mengarang cerita seputar harta warisannya. Bosan aku mendengarnya, namun aku masih menunjukkan bahwa aku serius mendengarkan kisahnya, sambil manggut-manggut dan sesekali menampakkan wajah seolah aku merespon ceritanya. Akhirnya setelah melewati jalan raya yang sepi dan cukup panjang itu, sampailah kami di sebuah wartel dekat gerbang pangkalan Sinar Jaya. Ada binar indah di mataku begitu mengetahui aku telah berada di tempat yang cukup strategis untuk lepas dari perhatian bapak setengah baya itu. Sesaat kemudian bapak setengah baya itu mengajakku masuk ke wartel tersebut dan memintaku untuk menunggu sebentar karena ia hendak menelepon familinya untuk memberitahukan bahwa ia telah bersama calon istrinya. "Wuih... gila... bergidik hatiku, betapa pede-nya beliau, ngaca deh ngaca..." Gerutuku dalam hati.
Aku pun hanya mengangguk dengan polosnya, dan membiarkan beliau masuk ke ruang kecil untuk menelepon familinya. Tiba-tiba ada angin segar datang menyerang urat syarafku, ternyata bapak itu meninggalkan barang tititpan sahabatku tepat di dekat kakiku. Kesempatan ini pun tidak aku sia-siakan. Begitu kulihat dia sedang sibuk menekan tombol telepon dan mulai menelepon dengan bisik-bisik. Segera kuangkat barang titipan sahabatku dan dengan santai melangkah menuju pintu keluar dari wartel itu. Sesampainya di luar wartel, aku segera ambil langkah seribu. Lari......................
Aku segera berlari menuju kios pedagang asongan dan bertanya di mana aku bisa mendapatkan tiket bus Sinar Jaya. Pedagang asongan yang kutanya segera menunjukkan loket penjualan tiket bus Sinar Jaya. Setelah itu aku segera berlari menuju loket penjualan tiket tersebut. Tanpa menyia-nyiakan waktu yang ada, aku segera memesan tiket yang kubutuhkan, lalu merogoh kocekku dengan menyodorkan nominal uang sesuai harga tiket untuk satu kali perjalanan sampai ke terminal tujuanku. Ternyata bus tidak langsung berangkat, dan masih menunggu waktu sekitar 45 menit. Namun aku tidak mau menunggu di ruang tunggu, dengan setengah berlari aku segera mencari bus sesuai dengan nomor yang tertera pada tiket bus yang ada di tanganku. Tidak terlalu sulit untukku menemukan bus tersebut. Dengan cepat aku melompat ke dalam bus dan duduk di bagian paling belakang. Segera kuatur dudukku menirukan cara duduk seorang anak berandalan, yah... kedua kaki kunaikkan ke atas besi yang tepat berada di depanku, sementara badan dan kepalaku ku sandarkan lebih rendah dari kaca jendela. Sehingga tidak mungkin terlihat dari luar bus.
Kedua penumpang yang berada tak jauh di depanku menoleh ke arahku untuk sesaat. Dan aku tak peduli dengan tatapan keduanya, aku sibuk mengatur nafasku yang masih tersengal-sengal. Aku pun masih terus waspada dan terus berdoa, semoga bapak setengah baya tadi tidak menemukanku. Tak berapa lama kemudian beberapa penumpang sudah mulai memenuhi bus antar kota ini, dan akhirnya bus yang ku tumpangi inipun pelan-pelan melaju meninggalkan pangkalan Sinar Jaya itu.
Alhamdulillah... selamat aku... Segera aku memperbaiki cara dudukku. Kini aku pun bisa duduk dengan tenang. Kembali kuterbayang saat-saat mencemaskan sepanjang perjalanan siang tadi bersama bapak setengah baya itu, yang entah bernama siapa. Sebenarnya aku sendiri tidak tahu akan kebenaran cerita bapak setengah baya itu. Dan aku juga tidak peduli apa niatan yang sebenarnya ada di kepala bapak setengah baya tadi. Tidak ada maksud untuk su'udzon kepadanya, aku hanya mencoba untuk waspada dan menjaga diri dari berbagai bahaya yang mungkin mengintai diri ini.
Satu hal yang pasti, aku tidak tertarik dengan uang imbalan yang ditawarkannya, aku terus mengikuti bapak tadi karena bapak tadi membawa barang titipan temanku. Apa pun bentuk barang itu, barang itu adalah amanah yang harus kusampaikan pada keluarga sahabatku.
***Ini adalah pengalamanku sewaktu masih di PJTKI Kelapa Gading jakarta, dan hendak cuti ke Jawa ***
Dimanapun kita berada, pastikan agar selalu bersikap tenang agar kita bisa berpikir tuk mencari jalan keluar tanpa kekerasan. ^_^
Oleh: Khasanah Roudhotul Jannah (Profile)
Jumat, 20 Mei 2011
Untuk Dirasa
Aku tak pernah tahu apa arti cinta sesungguhnya. Aku hanya bisa rasakannya. Begitu dalam dan tersembunyi dalam lubuk hati. Ah, andainya semua diijinkan untuk rasakan cinta, aku yakin tak akan bisa orang berpatah hati.
Entah, rasa ini begitu terasa sampai aku tak kuasa meneteskan air mata karenanya. Cintalah yang kurasa, pada apapun yang sudah terjadi bersamaku, siapapun dan hal apapun.
Sejujurnya aku tak pernah benar-benar mengerti dengan semua yang terjadi. Tapi, yang bisa kurasakan hanya sebuah rasa itu, meski kadang aku menyelewengkannya, kadang aku tak berikan itu pada yang seharusnya aku berikan. Lalu aku harus apa?
Terapi satu-satunya yang selalu ingin kulakukan adalah tersenyum dalam hati. Mengingat bahwa melalui cinta aku bisa tegar berdiri sampai saat ini. Kasih sayangNya yang sangat tulus menggedor-gedor pintu hatiku, dan ketika kubuka pintu itu, aku terkesima dengan sangat. Ia datang padaku dengan keanggunan rasa, sesuatu yang belum pernah kutemui pada tamu-tamuku sebelumnya.
Lututku lemas, badan menggigil, dan hati meronta-ronta seolah ingin kupeluk saja cinta yang ada di hadapanku itu. Mendekapnya erat sampai kan kupastikan dia tak akan pergi dariku. Begitulah cinta menghampiriku, menyergapku tanpa ampun dengan sejuta pesonanya.
Tapi ada yang hampir kulupa, munginkah ini manifetasi terbesar dalam hidup manusia? Semua orang begitu ramai membicarakan cinta, semua hati langsung bergegas ketika cinta datang dalam hidup mereka. Meski yang sebenarnya cinta tak pernah bisa kudefinisikan, karena hanya perasaan yang bicara.
Cinta adalah tentang rasa, cinta juga adalah tentang hati. Di situlah bersemayam titah Tuhan bagi kebaikan hidup manusia. Ikutilah bagaimana hatimu berucap, maka kau akan temukan bahwa sebenarnya Allah sangat dekat dengan kita.
Karena setulus-tulusnya cinta adalah seperti cinta Allah pada hambaNya, seperti keindahan akhlak Rasulullah pada umatnya, seperti kasih ibu pada anaknya, dan seperti sayang kita pada sesama ciptaanNya. Bisalah merasakan bahwa ketika kita berjanji untuk berbaik sangka pada cinta, maka saat itulah kita akan rasakan juga cinta tak akan pernah menyakiti. Sebab bicara cinta adalah bicara tentang diri kita sendiri. Biarlah orang lain memperlakukan cinta dengan cara mereka sendiri. Meski sakitnya cinta itu kerap kita rasa, sudahlah, buang semua itu sebab tak akan menjadikan kita bermetamorfosa menjadi manusia yang kerap bermanfaat bagi manusia lainnya. Bahagiakanlah hidup orang lain, maka kita telah membahagiakan hidup kita sendiri.
*Have a Nice Day sobat Nahiq……. ^_^
Oleh: Rosa Rahmania (Profile)
Kamis, 19 Mei 2011
Berhenti Sejenak dan Segera Bergerak Cepat
Dari Suhaib ra., bahwa Rasulullah Saw. bersabda, "Sungguh menakjubkan perkaranya orang yang beriman, karena segala urusannya adalah baik baginya. Dan hal yang demikian itu tidak akan terdapat kecuali hanya pada orang mukmin; yaitu jika ia mendapatkan kebahagiaan, ia bersyukur, karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan yang terbaik untuknya.
Dan jika ia tertimpa musibah, ia bersabar, karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan hal terbaik bagi dirinya" (HR. Muslim)
SABAR. . .
Entah dari mana asalnya, kata ini terkadang ampuh, membuat kita berhenti menangis saat cobaan menyapa hidup kita. “Bersabarlah”. Kadang malah membuat kita ingat sekaligus ingin beristighfar dan langsung mengambil wudhu, lalu Quran untuk melantunankan beberapa kalimatnya. “Bersabarlah”. Bagi yang non-Muslim biasanya juga langsung mengatakan “Puji Tuhan” dan mengambil kitab sucinya sambil mencari rentetan ayat yang berhubungan dengan penenangan diri dan berserah diri. “Bersabarlah”.
Karena saya seorang Muslim, maka saya menulisnya berdasarkan apa yang saya pahami dari keyakinan saya, namun ini bukan berarti mengesampingkan agama non-Muslim atau melarang yang berbeda keyakinan dilarang membacanya. So, tulisan ini untuk siapapun yang ingin memelihara sifat SABAR dalam konteks yang luas. ^_^
Sabar berasal dari bahasa Arab, yang kemudian seiring perkembangan budaya menjadi istilah dalam bahasa Indonesia. Asal katanya adalah "Shobaro" membentuk infinitif (masdar) menjadi "shabran". Jika didefinisikan secara bahasa, sabar berarti menahan dan mencegah. Agar semakin kuat maknanya. Mari kita mengintip firman Allah dalam Quran, “Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaanNya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas." (QS. Al-Kahfi: 18 - 28).
Seberapa penting tho sabar itu?
Lha ini dia pertanyaan yang mungkin semua orang sepakat dengan saya. Bahwa sabar itu sangat amat penting sekali. Mau bukti? Banyak pemerkosaan yang terjadi di Negri ini. Andai saja para pelaku bersabar menahan syahwat mungkin saja tidak ada korban, malah sekarang lagi nge-trend banget tuh Bapak menjadikan anaknya sebagai objek pelampiasan syahwatnya. Mau bukti lagi? Andai saja para koruptor bersabar untuk menjadi jutawan, uang Negara tidak akan habis seperti sekarang. Andai saja kemarin, ketika kalah AFF para supoter sabar, pasti deh kita tidak akan menyalahkan si Firman Utina (soalnya lagi musim bola jd contohnya sedikit nyerempet hehehe…) dan parahnya andai para pembeli tiket final AFF sedikit bersabar pasti tidak ada deh yang sampai pingsan apalagi ada yang meninggal karena dehidrasi.
Tidak akan ada pencurian hingga akhirnya pelaku membunuh korban, jika sabar itu ada, karena sabar adalah ketenangan. Tidak akan membuat suami istri saling membenci dan melakukan perceraian, jika sabar itu ada, karena sabar adalah kedamaian. Tidak akan ada bentrok antara mahasiswa yang melakukan demonstrasi dengan polisi, jika sabar itu ada, karena sabar adalah pembelajaran. Tidak akan ada guru yang mengacuhkan muridnya karena kenakalannya, jika sabar itu ada, karena sabar sebuah didikan.
Bagaimana sabar itu bisa tumbuh?
Sabar bukan berarti berhenti dan diam ketika ada masalah yang menimpa hidup, dan bukan berarti putus asa dan pasrah tanpa melakukan suatu apapun. Berhenti sejenak dan segera bergerak cepat melakukan perubahan ke arah yang lebih baik. Sabar adalah menunda respon atas stimulus yang menyakitkan dirinya untuk beberapa saat sampai merasa tenang sehingga pikiran dapat berfungsi kembali dengan baik. Itu berarti secara tidak langsung sabar akan mengasah kecerdasan emosi, terutama dalam menghadapi situasi marah dan menyakitkan.
Pada dasarnya manusia diciptakan oleh Allah SWT. di muka bumi ini dituntut untuk selalu mendayung akan budinya agar tercipta ketentraman, kedamaian, kebahagiaan, dan kebaikan. Secara psikologis orang-orang yang demikianlah yang akan mengalami ketenangan dalam hidupnya walau kerap tekanan hidup menghampiri.
Manusia mempunya naluri yang mengajaknya untuk mencari, menentukan dan menemukan sesuatu yang baik dalam hidupnya. Naluri juga yang senantiasa mengajak manusia untuk membenahi diri ke arah yang lebih baik. Dalam setiap hari bahkan setiap detik kehidupannya, ia berusaha memperbaiki hal-hal yang dianggap kurang pas dan mencari alternatif lain yang lebih baik. Manusia dengan akal budinya kemudian menjadikan hidup sebagai sebuah proses pencarian yang tidak pernah kunjung usai serta mencari kepuasan dalam melakukan segala hal, namun terkadang kepuasan tersebut semakin tidak ia dapatkan.
Dalam sebagian besar perjalanannya hidup anak adam, agama banyak memberikan petunjuk. Namun dengan adanya keterbatasan kemampuan serta ideologi menyimpang, manusia kerap tidak mampu menggapai puncak keistimewaan tersebut. Dalam konteks ini, manusia juga lazim mengeluh dan bahkan kecewa akan kondisi psiko-Ilahiyah-nya, sehingga merasa terpanggil untuk melakukan perbaikan-perbaikan dalam hal keagamaannya.
Kesatuan antara keyakinan terhadap Allah SWT., serta taat terhadap apa yang sudah diajarkan Islam, sangat membantu kita untuk terus memelihara sikap sabar dalam setiap konadisi. Ketenangan jiwa yang dihasilkan dari kedekatan kita pada Yang Maha Kuasa memberikan energi positif dalam menjaga hati kita yang kerap berbalik setiap waktu. Menjadi manusia yang selalu berikhtiar, berdaya upaya dan berjuang agar menjadi orang yang beriman, dengan mendidik dirinya masing-masing, dan memperdalam keyakinan dan pengetahuannya tentang Tuhan dan agama adalah cara cepat untuk memperoleh energi sabar dalam setiap kondisi. Insya Allah.
Oleh: Luluk Evi Syukur (Profile)
Rabu, 18 Mei 2011
Cinta Dalam Hati ( CIDAHA )
Kala cinta datang menggoda
Memanggil dan mengetuk pintu hati
Lalu singgah ke rumah jiwa
Tanpa kata permisi
Hhm... Terdengar begitu syahdu menyentuh kalbu
Namun, jika ini benar cinta
Jangan biarkan cintaku padaMu hilang di hati
Perkenankanlah tuk selalu mencintaiMu sepenuh hati dan ketulusan diri...
Hanya padaMu ya Rabb, cinta hakiki itu berada
Cinta yang mengantarkan keindahan sesungguhnya...
Ya Rabb, berikanlah cinta kepada seorang insan pilihanMu, yang di dalam dirinya selalu ada keinginan dengan tujuan meraih ridhaMu
Insan yg berhiaskan iman dan takwa
Wajah indah berseri karena air wudhu keseharian dirinya
Insan idaman semua wanita shalihah
Cerminan seorang berhati mulia yang selalu terpatri dalam dirinya
Insan berakhlakul karimah perhiasan dunianya
Ilmu yang bermanfaat sebagai jalan menuju syurgaMu
Dan dunia menjadi ladang akhirat baginya untuk mencapai cinta Allah taala...
Kini tabir misteri rasa telah terungkap,
Tapi biarlah ini jadi kepunyaanku saja,
Dalam diam kumenggagumi sosokmu, karna kutau bersamamu hanya ayal tinggiku saja...
Terimakasih ajariku banyak hal tentang hidup dan yakinkanku akan keindahan Islam Mengenalmu adalah sebuah anugrah bagiku,
Karna tanpa kusadari rasa inilah yang menuntunku menemukan jalan terangNya
Dan aku yang sekarang bukanlah aku yang dulu...
Di dunia yang merana ini, dunia yang nantinya akan binasa, dunia penuh kerakusan dan keserakahan manusia, ternyata masih ada sosok sepertimu...
Aku menyebutmu "My Inspiration"...
14/05/2011
** Hanya sekedar curahan hati saja dan maaf jika kurang layak, hehehe O_*
Oleh: Trie Jojoba (Profile)
Selasa, 17 Mei 2011
Kaka Seorang Tentara
Guru adalah contoh bagi anak muridnya. Itulah pernyataan yang sering kita dengar. Namun tidak selamanya pernyataan itu berlaku. Ada kalanya justru guru lah yang harus belajar pada anak muridnya. Adalah Kaka, begitulah panggilan akrab salah satu anak didikku. Anak berusia 4 tahun ini dapat dikatakan sebagai salah seorang inspirator bagiku. Semangatnya untuk belajar sangat tinggi. Sebelum pintu sekolah terbuka, ia yang diantar neneknya telah menanti di depan sekolah, sambil menggendong tas bergambarkan Upin Ipin dan tempat minum di lehernya.
Aku selalu kalah cepat datang ke sekolah dengan dia. Di saat teman-temannya jarang masuk sekolah karena malas, ia nyaris selalu sekolah setiap hari. Datang selalu paling awal. Sakit pun selama ia masih bisa berjalan, ia tetap sekolah.Dia termasuk muridku yang manja namun sangat cerdas. Meskipun belum bisa membaca, tapi ia selalu bisa menceritakan buku-buku yang telah ia buka. Hampir setiap hari kata tanya kenapa dan apa terlontar dari bibir mungilnya, sampai-sampai terkadang aku tak mampu menjawab pertanyaannya. Ah terkadang aku malu padanya.
Semangatku masih kalah dari dia, terkadang aku datang terlambat. Dan terkadang aku juga malas mengajar. Tak hanya cerdas, ia sangat polos dan jujur. Suatu ketika pernah kutanyai ia apa cita-citanya, ia hanya berkata ingin seperti ayah atau kakek. Baginya, ayah dan kakek sumber inspirasi terbesar dalam hidupnya. Ia dengan ceplas ceplos menceritakan kehebatan ayah dan kakeknya ketika menunaikan tugas sebagai tentara dan polisi pengayom masyarakat. Bahkan ia tak segan-segan untuk menirukan aksi ayahnya saat menembak dan merangkak menghindari musuhnya. Membuatku terkekeh geli melihat aksinya. Lalu kulempar ia dengan sebuah bola dan menyuruhnya menendang bola. Ternyata, namanya saja yang sama dengan salah seorang pemain sepakbola Eropa, namun minatnya sangat berbeda. Malah ketika sedikit kupaksa menendang bola dan menirukan gaya Kaka, dia malah lebih tertarik dengan buku cerita yang kupegang sambil berkata “Kaka bukan pemain bola Ibu, tapi tentara…”
Aku hanya bisa tersenyum seraya bergumam... "Andai para pejabat negara memiliki semangat dan disiplin seperti dia tentulah tak kan kita dengar para pejabat yang kesiangan atau membolos. Dan andai juga para pejabat memiliki kejujuran seperti anak kecil, tentu tak kan ada istilah korupsi di negara kita tercinta ini. Seringkali kita tak menghiraukan apa yang ada dalam diri anak kecil, bahkan kita sering meremehkan mereka, padahal dalam diri mereka terdapat banyak pelajaran berharga yang bisa kita tiru. Anak-anak adalah tambang emas negara, mereka lah yang kelak menentukan nasib bangsa kita."
Semoga ada manfaatnya dari tulisan saya yang asal-asalan ini :D
Oleh: Yopi Megasari (Profile)
Senin, 16 Mei 2011
Bebas tapi Takwa
Lagi asyik-asyiknya membuat konsep untuk website Sumedang Design malah ada teman datang langsung mengajak shalat Jum'at. Padahal dekat masjid, seharusnya jalan kaki satu menit juga sampai. Tapi ini, temanku malah mengajak shalat Jum'at keluar. Ya sudahlah tanpa basi-basi aku juga oke-oke saja.
Kami berdua mengambil air wudhu dulu, kemudian berangkat ke Masjid UNPAD. Di jalan tau kenapa tiba-tiba ada polisi, padahal waktunya mau shalat Jum'at, dari logatnya polisi itu tidak sedang operasi razia tapi tetep saja menilang motor orang. Maklum jalan yang biasa dipakai ada porboden-nya, tapi kalo tidak ada polisi, aku biasanya lewat situ juga. Sekarang aku hendak melewati jalan yang di porboden itu, tapi tidak jadi setelah di depan ada polisi membentangkan kedua tangannya, arah motorku pun di putar balik, Kaburrrrrrr...
Berbalik arah dan mencari jalan yang lain hingga akhirnya sampai juga di UNPAD, dan motor pun kami parkir di depan masjidnya (Ya iyaalah, wong parkirannya juga di depan masjid, hahaha). Ketika masuk masjid lumayan sudah agak penuh, tapi kami pun berusaha menerobos dan mencari posisi sedepan mungkin, agar melihat sang Khatib.
Sambil berdiri menunggu adzan Dzuhur untuk shalat sunnah, terlihat di depan mimbar seseorang yang tidak asing lagi penampilannya. Mirip-mirip orang nomor satu di Jawa Barat ini. Setelah kami merenung sejenak ternyata ada benarnya juga, soalnya di depan masjid terlihat ada polisi berseragam komplit seperti pengawal. Di tambah lagi di tikungan tadi terlihat ada Polisi yang berjaga-jaga, seperti disengaja di pasang polisi di setiap sudut jalan menuju ke UNPAD. Ketika Khutbah pun, ada cahaya jepretan foto, seperti ada wartawan yang sedang memotret sesuatu, dan jepretannya pun terlihat beberapa kali. Dari situlah kemudian kami yakin kalau yang berkhutbah itu adalah bapak Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heriyawan.
Sayapun mencoba menanggapi apa yang disampaikan beliau ketika Khutbahnya. Maklum pertama kali dengar Gubernur berbicara langsung, jadi ingin tau aja sejauh mana ia pandai berbicaranya.
Pertama, tentang kebebasan beragama. Kita sebagai manusia diberi kebebasan oleh Allah SWT. untuk menentukan jalan hidup kita. Kita diberi kebebasan sebebas-bebasnya di dunia ini. Tapi di samping itu, Allah juga memberikan petunjuk atau jalan untuk mencapai suatu kebenaran. Karena menurut beliau di samping manusia diberi kebebasan, Allah juga memberikan satu pilihan kepada manusia berupa kebenaran yang hakiki yaitu Islam. Silahkan manusia sekarang bebas sebebas-bebasnya di dunia ini, tapi nanti di akhirat akan menerima akibat dari perbuatannya itu. Maka dari itu, walaupun ada kebebasan dalam beragama tapi tetap di hadapan Allah Islam yang benar. Barangsiapa yang mengikuti kebenaran menurut Allah, yaitu Islam, maka dia akan selamat dunia dan selamat di akhirat.
Kedua, tentang dimensi ketakwaan. Dimensi ketakwaan juga dibagi menjadi dua bagian; Dimensi Professionalitas dan Moralitas. Keduanya tidak boleh dipisahkan jikalau bangsa ini ingin menjadi lebih baik dan bersih dari korupsi. Dimensi professionalitas mencakup pada kinerja seseorang yang sesuai dengan prosedur pelakasanaan dan dianggap benar menurut manusia itu sendiri. Sedangkan dimensi moralitas adalah cara kerja seseorang yang perilakunya benar dihadapan Allah SWT. Beliau mengambil contoh pada kisah di zaman Khalifah Ummar bin Khattab; Ada seorang pengembala muda ketika itu mempunyai ribuan kambing yang digembalanya, kemudian Ummar mendatanginya karena ingin tahu sejauh mana ketakwaan rakyatnya. Pengembala itu ditanya oleh Ummar; "Kambing punya siapa kah ini wahai fulan?", "Ini kambing punya majikan saya." Jawab si pengembala".
Untuk mengetahui kadar keimanan si pengembala itu, Ummar pun memberikan ujian terhadapnya. Ujiannya berupa pertanyaan berikut ini; "Bolehkah saya membeli satu kambing ini saja wahai fulan?", "Oh tidak boleh, ini kambing milik majikan saya dan saya hanya sebagai pegawai di sini" Jawab si pengembala. Ujian pertama telah lolos, kemudian dilanjut ke pertanyaan kedua, maklum kalau hanya satu soal kan bukan ujian namanya. Dan soal berikutnya pun tentunya pasti lebih sulit lagi. Ummar bertanya kembali; "Kalau begitu saya beli satu, dan kamu bilang ke majikan kamu kalau kambingnya hilang di makan serigala. Dengan begitu majikan kamu tidak akan tahu dan menganggap semuanya adalah sebuah kewajaran". Di dalam pertanyaan ini, si pengembali tidak lantas spontan langsung menjawabnya, maklum pertanyaannya agak berbobot dan bisa juga dianggap benar menurut professionalitas dalam pekerjaan. Begitu Ummar memberikan tawaran, ada tawannya yang menggiurkan ada pula bentuk penyelesaian yang bisa dianggap benar secara administratif. Dalam bentuk korupsi ini adalah bentuk korupsi yang bersih secara administratif kata Pak Gubernur tadi.
Kalau saya berani bilang sedikit menarik juga tuh tawaran Ummar, dan kalau diterima sah-sah saja kayanya menurut aturan manusia. Tapi apa coba jawaban si pengembala tadi; "Tapi tetap saya tidak mau menerima tawaran anda, ini kambing bukan milik saya dan saya hanya sebagai pegawai yang diberi tugas untuk mengembalakan kambing ini dan tidak untuk menjualnya". "Tapi majikan kamu tidak akan mengetahuinya?" Sahut Ummar. Si pengembala menjawab lagi; "Mungkin majikanku cuma punya dua mata dan tidak akan melihatnya, tapi kalau begitu mau di kemanakan adanya Allal itu?"
Hmm... Mantap juga jawaban si pengembala kambing tadi. Itu merupakan salah satu contoh bentuk ketakwaan yang memiliki dimensi Professinalitas dan Moralitas. Secara professional walaupun tawaran Ummar tadi dianggap benar tapi secara moralitas itu adalah bentuk kejahatan yang di pandang buruk oleh Allah SWT.. Maka dari itu jikalau bangsa ini ingin maju dan benar-benar bersih maka di dalamnya harus dihuni oleh orang-orang Takwa. Taqwa yang berarti memiliki dimensi professionalitas dan dimensi moralitas. Begitu sahut Orang Nomor satu di Jawa Barat dalam Khutbahnya tadi.
Jum'atan pun selesai dan kami keluar mesjid. Ekh ketika mau mengambil sandal ada ajudannya Gubernur tadi sambil bawa sandal, saya pikir itu sandal Pak Ahmad Heriyawan, kayanya takut di ambil orang jadi di pegang sama ajudannya. Tapi apa coba yang dilakukan ajudan Gubernur ketika ada dihadapan saya, matanya aneh sambil menaik-naikan alisnya beberapa kali, seperti menyapa saya dengan bahasa tubuh. So kenal so dekat geura uy abong ningali bengeut urang hareupeunana, wkwkwkwk. Karek apal mereun nya bengeut urang ganteng kieu, ckckckck. Surimmmmmm... Api-api teu nyaho ue akh asa haroream teuing urusan jeung nu kitu wkwkwkwkwkwkwk.
Oleh: Mamat Munandar (Profile)
Minggu, 15 Mei 2011
Rindu kepada Purnama
Helaan nafas beriring dahaga
Membuat hatiku tersayup bagaikan besi tua
Lelah kaki melangkah di jalan yang terjal
Bersimbah duduk di pelataran rumah suci Tuhan
Terluka dalam gelap gulana
Terombang-ambing oleh ombak setan
Dan terdongkrak oleh ketamakan
Aku mencari tempat persinggahan
Waktu tak main-main
Mata pun sayu dalam dekapan kesunyian
Di tempat yang asing bagi otakku
Aku berjalan tanpa arah melewati setiap lekukan malam
Rumah Tuhan yang kutuju
Mungkin di sana lah bisa kutumpahkan kelelahanku
Namun, tak satu pun rumah Tuhan terbuka
Mungkin Ia murka dengan keputusanku
Langkah kaki tak berhenti
Mencari selisik kebutuhan rohani
Di Rumah Tuhan yang ke empat itu aku berdoa
“Ya Rabb, apa yang harus kulakukan?”
Aku rindu pada purnama
Yang menggelontorkan cintanya untukku
Walaupun malam gelap seakan memakan bayanganku
Namun ia masih setia menemaniku dengan kekuatan cahayanya
Aku rindu pada purnama
Tawa dan candanya membuatku bahagia
Kadang kuberpikir untuk menyerah dalam perjalanan ini
Namun tekad bulatku memberengus semua inginku
Aku rindu pada purnama
Aku pernah berjanji menjadi sang kstaria
Namun pecundang yang sekarang sedang mengangkangi wajahku
Aku kalut dalam dekapan rindu
Wahai purnama
Izinkan sejenak kumeninggalkanmu
Untuk membina hati yang sedang carut marut
Untuk membinasakan jiwa kotor pemberengus jiwa
Wahai purnama
Tetap setialah menantiku hingga batas waktu yang kutuju
Akan kulakukan yang terbaik untukmu
Akan kuberikan kekuatan untuk memandangmu
Wahai purnama
Maafkan aku meninggalkanmu tanpa sepeser katapun
Namun aku yakin kau bijak menemani malam
Dan kau akan berdua denganku di mana pun aku melangkah
* Di tempat pengasingan diri. Puisi ini kupersembahkan untuk orang yang kucintai, dan kru website Nathiq, "Aku bersamamu Kawan!!!, sampai berhentinya nafas yang memisahkan kita"
Oleh: Adi Nurseha Saduki (Profile)
Selasa, 10 Mei 2011
Ijinkan Aku Bertanya
Selalu saja resah menjarah kenangan, setiap kali kubaca episode keresahanmu, yang sering kau samarkan di hadapanku, sadarkah kau sobat kau kini rapuh? Semua ketegaran batinmu yang dulu selalu memukauku dan yang lain, kini kau asingkan di ruang hampa, ruang di mana hanya dirimu, sekeping hasrat, dan kesedihan yang risih bercengkrama, adakah embun masih menetes pada pipi-pipi pecinta dunia, aku ingin bertanya padamu sobat, kenapa pekat seakan begitu melekat kini, tapi kerongkonganku seakan tercekat, hingga tak satupun kata terucap, dan aku hanya mampu terbungkam!!!
Di Sajadah. Aku bertemu. Aku berbincang. Aku mengadu. Aku menangis, di sajadah sejuta doa kupanjatkan, aku merindui, sosok yang selalu kubanggakan dan jadi inspirasiku untuk tegar, untuk selalu berucap, hadapi apapun aku mampu, karena pertolongan Allah selalu dekat dengan hambaNya. Achhh sesungguhnya aku membenci keluahan, kenapa? Masih jelas dalam ingatanku saat abang tertuaku ajarkan aku untuk kuat, dia pernah berucap "Keluhan dan rintihan hanya untuk perempuan, rengekan dan tangisan hanya untuk anak kecil" Kau bungsu, tapi ingatlah kelak kita akan menemui hidup masing-masing, karena esok adalah misteri,belajarlah yang bisa kau pelajari, selagi itu punya nilai guna untukmu kelak dan semoga untuk sesama juga jika bisa.
Sahabatku, kuingin kau kembali, tegar dalam sikap sempurna, biarkan kisah cintamu yang kandas, terbang bersama angin yang tak pernah letih berlari, bukankah Tuhan selalu menyiapkan ganti ganda untuk semua keikhlasan hati? Dalam satu jiwa yang ramah, adilkah jika cintamu padanya mengabaikan, cintaNya, cinta ayah bunda, cinta sahabat, cinta sesama yang menyayangimu tanpa berpikir meninggalkanmu, tanpa pernah bandingkan kau dengan yang lain, tanpa pernah ingin kau terluka dan kecewa. Lalu, di mana adilmu dulu? Seperti juga kau yang bimbang menakar hati, kenapa dirimu enggan mengukur perasaan?
Biarkan gelombang berpaut pada Laut
Nyanyian semilir dedaunan
Gesekan ranting yang sendu penuh makna jadikan sebagai tumpukan galau hati
Lelaplah dalam keheningan sepi.
Aku tahu sewaktu-waktu engkau datang ke tempat itu
Ke mana lagi, jika bukan membawakan hatimu
Mencari apa yang tidak engkau dapat
Bagimu di sana langit, pantai dan desiran ombak
Sebuah bulan kuning bertengger di atasnya
Pada malam yang di dekap rindu
Menggantung...
Jauh-jauh engkau mencari tanpa bertemu
Untuk apa? Sadarlah sobat dia bukan untukmu...
Padahal bulan itu bertengger di cela-cela hatimu
Bintang-bintang akan menemanimu sampai tiba di ujung perjalanan
Segala tanda dan kepahitan getir sebelum runtuh dan kehilangan
Tak perlu kujelaskan semua
Karena yakinku kau mengerti
Aku hanya berharap kau segera pahami potensi diri
Bukan ratapi semua yang telah berlalu pergi
Seribu maaf jika tajam kataku, dalam gunting waktu yang membabat semua tanya yang menyumbat kepalaku sobat, aku tak ingin selamanya terpendam diam, dalam gamangmu, dalam penghakimanmu seakan kutak pernah peduli atas lukamu. Jangan jadikan aku dan sahabatmu bagai pesakitan di kursi persidangan yang hanya menunggu ketuk palu keputusan, biarkan kami juga rasa saat kau kecap pahitnya kecewa, saat kau reguk manisnya bahagia. Terlalu banyak tanya yang tak bisa terjawab sendiri tanpa bisa diterka ada apa sebenarnya.
06/05/2011:1:40 AM
Inspirasi menulis, saat baca status sahabat"Ya Allah sungguh aku cemburu... :( ..." Simbolnya menandakan keresahan, tapi dia menelannya sendiri, lalu di manakah mereka yang mengaku sahabatnya? Saat sahabatnya butuh tempat berbagi, acuhkah mereka?
Oleh: Moes Arsyil Ramadhan Afrilla (Profile)
Senin, 09 Mei 2011
Because Love It
"Do something because you love it, not because you only want to look great doing it"
Definisinya luas, fokusnya adalah apa yang kita sukai. Semua orang pada dasarnya sama, selalu suka dipuji dan jarang memuji orang lain. Mungkin bagi yang pernah menonton film 'I'm not Stupid 2',maka akan familiar dengan kata-kata ini "Kapan terakhir kau memuji seseorang? kapan terakhir orang lain memujimu?", dan karena faktor kebutuhan terhadap sebuah pujian, tidak sedikit yang rela melakukan sesuatu demi mendapat pujian dari orang lain, demi terlihat lebih hebat. Bagus memang, tidak ada yang salah, alhasil ada sebuah pencapaian yang berhasil kita raih.
Tapi benarkah kita puas dan bahagia? benar-benar senang dengan hasil yang diperoleh? lupa bahwa cinta itu mendatangkan produktivitas yang penuh dengan kekuatan? kekuatan untuk memperjuangkan segala hal yang kita cintai. Tapi namanya juga manusia, terkadang apa yang disukai saja masih abstrak, lantas apa yang bisa diperjuangkan? Kita tengok saja Kugy, tokoh utama dalam novel Perahu Kertasnya Dewi Lestari. Kugy yang rela berputar, terus melakukan sesuatu yang sebenarnya tidak terlalu dia suka demi mendapatkan sesuatu yang dia suka. Mungkin ada kalanya memang begitu, hidup itu memang sederhana, implemantasinya sebenarnya juga sederhana. Tapi pikiran manusia yang rumit, sehingga hidup pun nampak rumit. Butuh berputar ke sana ke mari sebelum sampai pada tujuan yang dimaksud. Whatever!!! Tergantung manusianya, yang terpenting pada akhirnya kita sampai pada tujuan bukan?
Hey hidup itu hanya sekali, dengan Bumi yang satu-satunya menjadi tempat tinggal manusia. So, tidak ada yang lebih penting selain memperjuangkan apa yang kita inginkan, sesuatu yang kita sukai, mewujudkannya satu-persatu. Setidaknya kita bisa membuat ingatan yang indah tentang hidup yang singkat ini. Dan percayalah tidak ada yang lebih membuat kita bersemangat dan berenergi selain apa yang kita sukai, dengan mudah segala kepenatan dan kerempongan situasi dapat kita atasi dengan baik.
Lalu bagaimana jika begini situasinya, orang terdekat kita tidak menyukai apa yang kita tekuni saat ini, padahal itulah yang kita sukai. Jika orang terdekat itu saya, maka saya akan spontan berpikir "Jadilah dirimu sendiri, dengan segala yang kamu mau, dengan segala mimpi-mimpimu. Perjuangkan apa yang kamu inginkan tanpa takut dengan penilaian orang lain, bahkan termasuk saya sendiri. Itu hidupmu, perjalanan yang harusnya bisa kamu ciptakan beragam hal yang menyenangkan. Orang yang menyayangimu akan selalu mendukung mimpi-mimpi terbaikmu, bukan malah memaksamu pada duniamu yang lain, yang bukan kamu"
The closing statement:
"Do something because you love it, not becuase you only want to look great doing it or you only want to make someone love you cause it"
Oleh: Ana Falasthien Tahta Alfina (Profile)
Minggu, 08 Mei 2011
Cinta dalam Diam
Cintailah ia dalam diam, dari kejauhan, dengan kesederhanaan dan keikhlasan.
Ketika cinta kini hadir tidak untuk Yang Maha Mengetahui, saat secercah rasa tidak lagi tercipta
untuk Yang Maha Pencipta.
Izinkanlah hati bertanya untuk siapa ia muncul dengan tiba-tiba.
Mungkinkah dengan ridhaNya atau hanya mengundang murkaNya.
Jika benar cinta itu karena Allah, maka biarkanlah ia mengalir mengikuti aliran Allah. Karena
hakikatnya ia berhulu dari Allah, maka ia pun berhilir hanya kepada Allah.
“Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah.” (QS. Adz Dzariyat:49)
“Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak
(berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memampukan mereka dengan kurniaNya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. An Nuur: 32)
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikanNya
di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.”(QS. Ar-Ruum: 21)
Tapi jika memang kelemahan masih nyata dipelupuk mata maka bersabarlah, berdoalah atau
berpuasalah.
"Wahai kaum pemuda, siapa saja di antara kamu yang sudah sanggup untuk menikah, maka
menikahlah, sesungguhnya menikah itu memelihara mata, dan memelihara kemaluan, maka bila di antara kamu belum sanggup untuk menikah, berpuasalah, karena sungguhnya puasa tersebut
sebagai penahannya” (Hadist)
“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.” (QS. AlIsraa’: 32)
Cukup cintai ia dalam diam, bukan karena membenci hadirnya, tapi menjaga kesucianny. Bukan karena menghindari dunia, tapi meraih surgaNya. Bukan karena lemah untuk menghadapinya, tapi menguatkan jiwa dari godaan syaitan yang begitu halus dan menyelusup.
Cukup cintai ia dari kejauhan, karena hadirmu tiada kan mampu menjauhkannya dari cobaan, karena hadirmu hanya akan menggoyahkan iman dan ketenangan, karena hadirmu mungkin saja akan membawa kenelangsaan hati-hati yang terjaga.
Cukup cintai ia dengan kesederhanaan, memupuknya hanya akan menambah penderitaan menumbuhkan harapan hanya akan mengundang kekecewaan mengharapkan balasan
hanya akan membumbui kebahagiaan para syaitan.
Maka cintailah ia dengan keikhlasan, karena tentu kisah Fatimah dan Ali bin Abi Thalib diingini oleh hati, tapi sanggupkah jika semua berakhir seperti sejarah cinta Salman Al-Farisi?
“ …boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui,
sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. AlBaqarah:216)
“Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh)
itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rezki yang mulia (surga)” (QS.An-Nuur: 26)
Cukup cintai ia dalam diam dari kejauhan dengan kesederhanaan dan keikhlasan.
Karena tiada yang tahu rencana Tuhan, mungkin saja rasa ini ujian yang akan melapuk atau membeku dengan perlahan, karena hati ini begitu mudah untuk dibolak-balikan.
Serahkankan rasa yang tiada sanggup dijadikan halal itu pada Yang Memberi dan Memilikinya biarkan ia yang mengatur semuanya hingga keindahan itu datang pada waktunya.
“Barangsiapa menjaga kehormatan orang lain, pasti kehormatan dirinya akan terjaga.” (Umar bin Khattab ra.)
Oleh: Siti Aisah (Profile)
Sabtu, 07 Mei 2011
Ngadem di Plaza
Siang yang panas, udara juga tak bersahabat. Kemana kukan berlindung dari panas ini? Dengan langkah pasti aku menuju Plaza terdekat. Escalator telah siap menjemput tubuh mungilku dan membawaku ke atas, ke tempat yang lumayan dingin karena full AC. Mataku mulai tengok kanan tengok kiri menyapu setiap pemandangan yang kulewati. Akhirnya kumemasuki sebuah toko baju. Gadis-gadis cantik menyambut kehadiranku dengan senyum ramah dan mempersilahkan aku untuk melihat-lihat berbagai model baju yang dipajang memenuhi ruangan toko itu. Dengan PD aku berkeliling hanya untuk melihat-lihat tanpa menyentuh baju-baju cantik yang tergantung di sana. Seorang gadis cantik yang dari tadi senyum-senyum mulai menyapaku.
Gadis Cantik: "Lei hou leng o" (Kamu cantik banget) Sambil memamerkan senyumnya.
Asa: "To ce" (Makasih)
Gadis Cantik: "Lei sam hou leng o, lei hai mei yan a" (Bajumu bagus banget, kamu orang mana)
Asa: "Ngo hai yan nei yan" (Aku orang indonesia)
Gadis Cantik: "Ghoe te hamei dong lei yat yong a, yan nei yan?"(Apa mereka sama denganmu? orang Indonesia?)"
Sambil menunjuk ke arah beberapa pengunjung yang juga berjilbab. Aku pun menoleh ke arah yang ditunjuk.
Asa: "Ghoe to hai" (Mereka juga)
Gadis Cantik: "Tanhai lei dong ghoi em dong sae wo" (Tapi kamu sama mereka beda banget)
Asa: "Hah? Em dong? (Hah? Gak sama?)
Gadis Cantik: "Lei siu hou dim, bei fu kem hou" (Senyummu sangat manis, kulitmu sangat bagus)
Aku hanya tersenyum mendengar sanjungannya. Dalam hatiku aku jadi berbicara sendiri. "Waduh Neng, walaupun kamu menyanjungku setinggi langit gak bakal deh aku belanjakan uangku tuk membeli baju-baju mahalmu, aku masuk ke tokomu ini kan cuman mau ngadem duank, hehehe" Akhirnya aku hanya bisa tersenyum-senyum sendiri sambil meninggalkan si gadis cantik pelayan toko itu.
Oleh: Khasanah Roudhotul Jannah (Profile)
Data Diri Siti Aisah
Nama
Siti Aisah
TTL
Jakarta, 27 Agustus 1991
Jabatan Website
Penulis
Alamat
Jln. Radjiman Widiyoningrat, Kp. Pulo Jahe Rt.06.Rw 05.Kec. Cakung Kel. Jatinegara Jakarta Timur.
Hobi
Menulis, Membaca, dan Mendengarkan Musik.
Jumat, 06 Mei 2011
Diriku Bukanlah Dirinya
Aku bukanlah dia, yang nasabnya terjaga, yang masih punya keturunan Ulama
Aku bukan dia, yang ayah ibunya telaten mendidiknya dengan cara Islami
Aku juga bukan dia, yang keluarganya terasa begitu religius
Aku hanya aku, aku tak punya apa-apa dan aku juga bukan apa-apa
Sama sekali aku tak punya keistimewaan apa-apa
Aku hanya hambaNya, yang berusaha mencariNya di setiap detik nafasku, andaikan benar-benar tiap waktu aku ingat itu...
Aku juga tak punya daya apa-apa, yang ketika ada sesuatu menghampiriku, aku terlampau sering menghadapinya sendiri, bukan seperti mereka yang punya tempat sandaran atau tempat curhat pada ibunya misalnya, dan aku bukan mereka...
Di dunia ini ada suatu ke-ideal-an yang didambakan oleh tiap insan.
Tengoklah, betapa tiap insan selalu inginkan hidupnya lancar-lancar saja tanpa hambatan? Itulah ke-ideal-an yang kumaksud.
Tapi, bisakah hal itu kita dapat? Bohong jika kita katakan ya untuk pertanyaan itu.
Selalu ada yang membuat kita memeras otak dan tenaga karena selalu ada suatu urusan yang menanti untuk kita selesaikan. Tapi tak usahlah disebut “masalah”, karena itu bukan penyelesaian. Tak cukupkah nyali kita untuk hadapi semua?
Aku ya aku, aku bukan dia, aku bukan dirinya, dan aku bukan mereka, aku ya aku...
Entah siapa aku ini...
Aku tak bisa berikan apa-apa yang bisa buat kalian bahagia di tiap detik.
Aku juga hanya bisa lakukan apa yang menurutku baik, tapi itu pun mungkin tak juga bisa selalu selaras denganmu,
Aku harus lakukan apa?
Satu yang kutahu, kita harus bertanya padaNya tentang bagaimana semua ini harus kita jalani. Semua akan berjalan dengan baik jika kita selalu ikuti aturan dariNya, semoga kita semua bisa istiqamah, amin...
Oleh: Rosa Rahmania (Profile)
Kamis, 05 Mei 2011
Mengenang Perjuanganmu
Pagi yang indah deruan angin menerpa wajah
Dingin menyelimuti langkah penuh keikhlasan
Renungan hanya untuk sebuah kejayaan
Berpikir hanya untuk sebuah keberhasilan
Hari begitu cepat berlalu
Tiada rasa jenuh terpancar di wajahmu
Semangatmu terus berkobar
Memberikan kasih sayang tiada rasa jemu
Kepadamu guruku
Mencintaimu dari hati kami
Jika engkau akan melangkah pergi
Kutau langkahmu penuh pengorbanan
Oleh: Luluk Evi Syukur (Profile)
Rabu, 04 Mei 2011
Jika Harus Kugadai Namaku
Suara salam dari depan pintu kamarku membuyarkan kosentrasiku yang asyik menuangkan sejuta cerita yang tak bisa kuucapkan lewat kata, bukan karena aku pemalu, bukan pula karena gagu bicaraku, tapi aku ingin menjamah dunia lebih luas, ya lewat tulisan seperti ini. Tidak mungkin mereka bisa mendengarkan suara teriakanku bercerita, jika mereka di sana aku di sini, alternatif memang ada yaitu via telepon, tapi selain mempertimbangkan biaya tarif, juga mempertimbangkan kesibukan masing masing tentunya, jika via tulisan, mereka bisa baca kapan saja jika punya waktu luang.
Bergegas bangkit kubukakan pintu, dan? "Woiiiiii kapan datang loe" Ujarku, menepuk bahunya, walau keanehan langsung bisa kulihat dari sosoknya yang kini di depan pintu. Dia langsung menerebos masuk dan melemparkan tubuhnya ke tempat tidur. Sejenak kutinggalkan dia untuk membuatkan sirup dan mengambilkan sedikit cemilan untuk teman mengobrol.
"Loe kapan datang sob" Tanyaku, ia bangkit dan duduk. Sekarang aku bisa melihat wajahnya dengan jelas. Matanya cekung dengan sedikit garis hitam menandakan dia sering begadang atau kurang tidur, kulitnya juga kusam, dengan kumis tipis dan jenggot yang tampak tidak terurus, rambutnya juga sudah mulai agak panjang, sangat kontras dengan sosoknya yang biasa, yang selalu tampil rapi, wangi, dan bersih, serta gelak tawa canda setiap kali dia datang.
Dia menatapku sesaat, lalu mereguk minuman, "Gue udah satu bulan pulang, maafin gue sobb" Lanjutnya sambil tersenyum patah.
"What? Satu bulan? Dan baru sekarang loe muncul?" Bukankah biasanya jika dia datang paling hitungan jam di rumahnya, dia akan langsung cabut menemuiku untuk mengantarkan oleh-oleh lengkap dengan sejuta cerita tentang apa saja hal-hal terbaru yang ia temukan di ibukota Jakarta, kali ini bukan saja penampilannya yang beda, tapi kebiasaannya juga ikutan berbalik arah, biasanya seminggu sebelum kepulangannya dia selalu meneleponku untuk bertanya mau dibelikan oleh-oleh apa. Aku masih ingat semester lalu dia membelikanku simcard M2, padahal di kabupatenku belum bisa dipakai, hahaha, jadilah oleh-olehnya hanya jadi koleksi di lemariku, padahal dia mau mengurangi jajannya 150.000 hanya untukku, bisa semakin lancar online. Dia tau sekali hobiku, padahal uang segitu untuk anak kuliahan sudah cukup lumayan. Namanya sahabat tidak pernah berhitung, yang aku juga tau bahagiamu juga bahagiaku begitu juga sebaliknya.
Ada keraguan terpancar di matanya, berkali-kali dihembuskan nafas panjang, "Loe kenapa sebenarnya sob" Tanyaku, yang sedikit banyak bisa merasakan kalut jiwanya.
"Gue ke sini mohon bantuan loe sob" What? Mohon? Tentu saja aku tak bisa menahan tawa.
"Sejak kapan loe segitu pormil bicara sama gw" Tanyaku.
"Gue serius" Jawabnya cepat.
"Oke to the point aja sob, can me help you?"
"Gue butuh uang sementaran, gue belum dapat kerja, gue gak tau kapan bisa mengembalikan, tapi begitu gue udah bisa ngembalikan uang loe, gue pasti bayar, loe percaya gue kan?" Perkataannya semakin terasa aneh di telingaku, sejak kapan dia kekurangan uang? Untuk apa? Dan seribu tanya yang akhirnya aku telan kembali demi melihat keseriusnya.
"Okey gw janji, gw akan bantu loe, jikapun gw gak bisa menuhi permintaan loe sekarang, gadai nama akan gw lakuin untukmu sobat"
"Maksudnya?"
"Ya jika permintaan loe melebihi kantongku, gw akan pinjam ke kakak, abang atau teman lain, tentu dengan menggunakan namaku sendiri sebagai jaminan" Jawabku. "Dengan satu syarat loe ceritain, sebenarnya loe kenapa?" Ia menunduk sebelum gerak bibirnya lantunkan satu ayat yang bukan saja mungkin mencabik hancur rasanya, sekaligus aku yang mendengarnya.
"Ortu gue cerai, bokap kawin lagi dan adik gue ikut bokap, gue ikut mama" Jawabnya setelah sedikit menguasai diri, "Gue mutusin berhenti kuliah, satu bulan mengurung diri, karena gue belum sanggup menjawab pertanyaan teman-teman, gue malu sob"
Kilas balik, saat aku mengenalnya, sosok itu bukan saja tampan dan rupawan tapi juga darmawan, dengan prestasi di bidang olahraga terutama sepakbola, mampu membuatnya diterima tanpa test di sekolah di Ibukota. Anak seorang penguasaha lumayan sukses yang serba berkecukupan tidak membuatnya lantas sombong, dia tetap santun, dan setia kawan tak butuh waktu lama untuk kami saling akrab dan bersahabat setelah perkenalan pertama. Meski berjarak komunikasi tetap jalan via telepon. Pantas, tiap kali aku telepon, HP-nya tidak pernah aktif, SMS juga tanpa balas. HP-nya ikut dia hancurkan bersama hancurnya keluarganya. Tenangkan hatimu Sob, masih ada bapak dan ibuku, abang dan kakakku, "Loe gak pernah sendiri, tegarlah, sabar dan ikhlaslah, kami masih tetap sama, jangan ada ragu" Ujarku mencoba menghiburnya.
Hidup adalah suatu awal menuju kematian
Hidup adalah suatu pergiliran kebahagiaan dan penderitaan
Hidup adalah suatu kegelisahan dan kelegaan
Hidup adalah kebahagian dan penderitaan
Berbahagialan ketika dirimu menderita dengan bersabar
Berbahagialah dirimu ketika memang harus berbahagia dengan bersyukur
Karena hidup adalah kebahagiaan walaupun sebenarnya menderita hancur
Betapa penderitaan menjadi bahagia kala kita meresapi bahwa kita masih bernafas sementara lainnya harus mati dan fana.
Betapa bahagianya hidup jika kita bersyukur atas nikmat yang ada.
Betapa bahagianya hidup jika kita bersabar atas derita yang ada.
Pelajaran dan hikmah selalu ada di sekeling kita, kalau tak ada yang pantas kita sombongkan dan banggakan, karena jika Tuhan ingin, Dia bisa merubah semua dalam sekejap. Ketahuilah, yang akan kita hadapi akan jauh lebih berat dari yang telah kita lalui, agar kita tidak lupa dan lalai saat di puncak puja-puji. Dan kita tidak akan tau apa yang terjadi esok hari, jika di hari ini kita berhenti. Semangatlah untuk bangkit sahabatku, jangan pernah menyerah. Sepahit pahitnya sebuah kenyataan, akan tetap jauh lebih indah dari indahnya sebuah mimpi, tapi bermimpilah untuk menjaga semangatmu, karena dengan adanya mimpi, kita akan berusaha untuk mewujudkannya.
Oleh: Moes Arsyil Ramadhan Afrilla (Profile)
Selasa, 03 Mei 2011
Bintang
Allah,
Saat aku sendiri lalu merasa sepi
Terima kasih
Telah menjelma dihadapanku banyak manusiaMu juga
Aku menyebut mereka teman,
Engkau menyusupkan lebih dari itu,
"Mereka bintangku, di langitMu yang luas"
Allah,
Saat aku sendiri lalu merasa sepi
Terima kasih
Telah berdiri disampingku beberapa manusiaMu juga
Aku menyebut mereka sahabat,
Engkau meyakinkan tidak sesederhana itu,
"Mereka bukan bintang biasa, tapi telah membentuk rasi. Di langitMu yang luas"
Allah,
Saat aku sendiri lalu merasa sepi
Terima kasih
Telah menetap dihatiku sedikit manusiaMu juga
Aku menyebut mereka saudara
Engkau mengajariku sebuah definisi
"Bintang itu telah bergeser di hatiku, membentuk rasi persaudaraan yang tulus, mengalahkan cahaya di langitMu"
Allah,
Hingga aku tidak sesendiri dan sesepi yang aku kira
Karena banyak yang siap berjalan beriringan bersamaku
Dalam pencarian ilmu dan ridhaMu yang Maha Luas
Terima kasih,
Juga kepada seluruh bintang-bintangku.
Oleh: Ana Falasthie Tahta Alfina (Profile)
Senin, 02 Mei 2011
Hacktivis dan Aktivis Sholehah
Berawal dari chatting di Facebook kedua insan ini saling mengenal satu sama lain. Mereka di pertemukan karena hobinya yang sama. Sama-sama suka menulis, satu suka menulis artikel, satu lagi suka menulis puisi.
Seperti biasanya orang yang pertama kali berkenalan pasti menyebutkan nama masing-masing, tempat tinggal, kemudian pendidikan/pekerjaannya bagaimana. Begitu juga dengan mereka, satu hal yang bisa terus membuat mereka semakin akrab yaitu hobinya yang sama-sama suka menulis.
Komunikasipun terus berlanjut, yang awalnya cuma tanya-tanya saja, kini mereka sudah mulai membuka masalah dirinya masing-masing. Bisa dikatakan juga mereka selalu curhat satu sama lain. Akan tetapi lebih sering membuka dirinya adalah si pria. Entah kenapa, biasanya kan wanita yang selalu membuka diri (apa adanya katanya)?
Mungkin umur yang menjadi salah satu faktornya, maklum si wanita lebih tua setahun dari si pria. Akibat dari organisasi Kampus si wanita yang diikutinya mungkin bisa dikatakan ia lebih dewasa dari pria itu. Organisasi yang mendidik si wanita supaya tidak bersikap kekanak-kanakan dan harus bisa menghadapi semua permasalahan secara professional.
Sedangkan si pria hobinya hanya bisa bermain-main menjelajahi dunia maya dengan komputer miliknya. Bahkan sangat jarang sekali pria itu berinteraksi dengan perempuan, apalagi sampai curhat-curhatan segala. Sepertinya tidak mungkin hal itu terjadi dengan sikapnya yang kasar dan tidak terlalu mengenal akan perasaan orang lain. Apalagi perasaan seorang wanita yang sejak duduk di bangku SMK tidak bisa mengenal lebih dekat. (SMK = Cowo kabehhhhh)
Kalau dipikir-pikir sebenarnya kondisi mereka bertolak belakang. Mengingat si wanita yang selalu lemah lembut kepada orang lain, selalu baik hati, dan tentunya “Be smart and beautifully”. Apalagi ia bisa dikatakan sebagai aktivis kampus, pandai bicaranya dan mempunyai nilai idealisme yang sangat kuat di dalam dirinya. Terutama komitmen terhadap agama yang di pegangnya. Ia mengikuti organisasi-organisasi kampus yang tidak keluar dari kata “ISLAM” sebagai pedomannya.
Dia sangat shalihah dan rajin beribadah, kerudungnya juga bukan kerudung biasa, ia mengulurkan kerudungnya sampai menutupi bagian dada dan hampir kerudung yang dikenakannya menutupi bagian perut.
Boleh dikatakan si wanita itu adalah seorang aktivis Islam yang shalihah dan cerdik, beda jauh dengan si pria yang hobinya itu berada di dunia Underground. Bukan di dunia anak Punk maupun Metal yang digelutinya. Tapi dunia bawah tanah yang ada di jagat maya.
Bisa dikatakan tidak terlalu jelek hobinya itu, Cuma paradigma dari masyarakat saja yang membuat citra hobinya itu di pandang negative. Padahal kalau kita melihatnya dengan ilmu pengetahuan dan akal yang sehat. Apalagi dibarengi ilmu sejarah teknologinya yang kuat, maka kita dapat menemukan bahwa yang ia geluti itu sebenarnya adalah sesuatu yang istimewa yang keberadaannya itu berada di kalangan penyelamat dan bukan perusak.
Dikarenakan kebanyakan dari kejahatan dunia maya (cyber crime) yang selalu diidentikan dengan kata “HACKER”, jadilah kata itu juga ikut tercoreng. Padahal nyatanya tidak demikian kalau kita mau tahu lebih dalam lagi.
Jelas sekarang kedua insan ini memiliki karakter yang berbeda dan sangat bertolak belakang. Lantas apa yang membuat keduanya menjadi semakin akrab saja dari hari ke harinya?
1. Sama Hobi Menulis
Sejak duduk di bangku SMK kelas 2, si pria memang sudah memulai hobi menulis. Diawali dari karya ilmiyah yang ia buat untuk menutupi Absen Bahasa Indonesia yang kosong. Waktu itu ia menulis “Penanganan Masalah Virus Komputer”. Kemudian juga sempat ingin menulis Novel tentang perjalanan hidupnya, namun entah ke mana tulisannya yang sudah memenuhi satu buku tulis tiba-tiba hilang.
Pernah juga menulis tentang cinta. Dikarenakan melihat teman dekatnya yang menyalahartikan cinta di kehidupan yang sedang dijalaninya. Hingga terus berlanjut sampai sekarang ia suka menulis artikel tentang kehidupan dan juga menulis artikel-artikel komputer yang menjadi salah satu hobi pokoknya.
Sedangkan si wanita hobinya itu suka menulis puisi. Ia sangat pandai dalam merangkai kata-kata untuk puisinya. Bahkan oleh teman-temannya dijuluki sebagai “Sang Pujangga”. Bagaimana tidak, setiap obrolannya tidak terlepas dari rangkaian kata-kata yang mangandung unsur kalimat puisi di dalamnya. Setiap SMS-an mengandung puisi dan ketika chatting pun selalu menulis kata-kata yang sangat puitis.
Bahkan si wanita itu pernah mengajak si pria untuk menulis puisi bareng ketika chatting di facebook. Pertama si wanita yang memulai chatting menggunakan kata-kata yang puitis, kemudian dibalas juga oleh si pria menggunakan kata-kata yang puitis pula. Hingga terus berlanjut saling membalas satu sama lain sehingga terciptalah satu buah puisi yang mereka rangkai secara bersamaan dengan saling membalas chat.
Dari situlah mungkin keakraban mereka terbangun karena sama-sama hobi menulis. Kadang juga mereka suka saling menukar tulisannya untuk melengkapi satu sama lain.
2. Sama Support Terhadap Islam
Walaupun si pria hobinya di dunia underground, tapi tetap hati kecilnya ia berteriak untuk Islam. Mengingat masa lalunya ia sering disebut-sebut pak ustadz oleh teman dekatnya.
Ketika di kampung halamannya ia pernah mendirikan remaja Masjid dan ia juga menjadi ketuanya. Padahal sebelumnya belum pernah ada yang namanya remaja Masjid di daerah tempat tinggalnya itu. Bisa dikatakan ia menjadi seorang pelopor, ia rubah keadaan anak-anak yang ada di lingkungannya dengan organisasi yang di bawahnya itu. Ia selalu mangadakan acara tadabbur alam, lomba-lomba islami seperti lomba adzan, ceramah, cerdas cermat dan ia juga tentunya mengajar anak-anak yang di bawah umurnya untuk belajar mengaji. Itu semua dilakukannya untuk membawa teman-temannya supaya lebih sadar akan keislaman yang tertaman dalam dirinya.
Di sekolahpun begitu, secara tidak sengaja ia terpilih menjadi ketua Rohis (FSDU saat itu, “Forum Study Darul Ulum”). Alasannya cukup simple, guru agama yang menjadi Pembina Rohis di sekolahnya pernah menawarkan kepada ia dengan nada main-main ketika ia duduk di bangku kelas satu. Waktu itu ia dapati nilai kosong di pelajaran Agama. Guru Agamanya bilang, “Sok siapa yang hafal surat Yaasin, ibu tutup absennya dengan nilai 8?” si pria itu juga tahu kalau gurunya itu hanya bercanda, mungkin dipikirnya anak-anak SMK tidak bakalan mungkin ada yang hafal Surat Yaasiin.
Tapi kebetulan ketika di kampung halamannya si pria pernah hafalan Yaasiin dan sampai saat di tanya gurunya masih hafal dengan lancar. Dengan nada berani ia juga menerima tantangan gurunya itu ; “Oke siap, saya coba terima tawaran Ibu”.
Eh ternyata apa coba yang terjadi? “Bentar ya! Ibu ambil Al-Qur’an dulu ke ruang Guru”. Dikira ibu guru itu hafal juga Surat Yaasiin, tapi ternyata tidak hafal sepenuhnya. Sampai-sampai di wajahnya juga terpancar rasa malu, yang tadinya hanya sekedar main-main ternyata si pria itu memang benar hafal dengan lancarnya ketika ditalar oleh si ibu Guru itu. Jelaslah ini semua dapat mencengangkan si ibu Guru. Karena itulah kemudian si pria itu ditunjuk menjadi Ketua Rohis di sekolahnya.
Si wanita juga sama, ikut Rohis di sekolahnya. Sampai ke bangku kuliah pun ia mengikuti organisasi-organisasi keIslaman. Dari mulai LDK dan organisasi kampus lainnya yang ia senangi. Tidak hanya di Instansi Pendidikan ia seperti itu (mengikuti organisasi-organisasi keIslaman), di kehidupan sehari-haripun ia selalu begitu. Sampai saat ini ia suka mengaji, mengajar anak-anak dan berbagai aktivitas lain yang tentunya sangat bermanfaat bagi lingkungan yang ada di sekitarnya.
Akan tetapi si pria tidak demikian sekarang. Kebiasaan hidupnya tidak sama seperti dahulu dan tidak menyerupai kehidupan yang di jalani si wanita sekarang. Maklum pergaulan anak muda, mau tidak mau secara perlahan pasti terbawa arus zaman dan lingkungan yang ada di sekitarnya. Tentunya kita mengenal lingkungan anak-anak SMK tidak terlepas dari citranya yang negative. Siswa SMK lebih arogan dan anarkis, begitu juga dengan si pria itu.
Tapi kenapa sampai saat ini keduanya masih saja akrab di dunia maya bak seorang teman yang saling memahami satu sama lain. Walaupun hanya sekedar chat/SMSan belaka?
Alasannya cukup sederhana, pria itu ingin kembali ke kehidupannya yang dulu dengan bantuan wanita itu. Karena pria itu merasa hanya wanita itu yang mampu memotivasi kesadaran dirinya untuk kembali ke kehidupan dahulu yang lebih baik dari sekarang. Melihat karakteristik wanita itu yang tepat dengan pola kehidupannya seperti dulu, apalagi wanita itu lebih dewasa dan lebih tua umurnya di banding si pria yang hanya beda satu tahun saja. Sampai si pria bilang ke wanita itu dengan sebutan “TETEHKU”.
Dengan kedua alasan di atas menjadikan keduanya semakin akrab dan saling mengerti satu sama lain. Walaupun kalau dilihat kenyataannya sebenarnya lebih dominan si pria yang lebih membutuhkan wanita itu. Karena sama-sama suka menulis si pria pun memberikan perhatiannya kepada wanita itu dengan membuatkannya sebuah blog untuk menampung tulisan/puisi yang di tulis si wanita.
Komunikasipun terus berlanjut hingga berbulan-bulan. Namun tak selamanya komunikasi mereka berjalan dengan lancar. Pasti ada satu atau dua kejadian yang membuat keduanya menjadi saling menjauhi satu sama lain (miss kommunication).
Sebagai contoh, pernah dulu ketika si pria berkata, “Wanita muna" ke wanita itu yang sampai-sampai si wanita marah dan tidak mau lagi berkomunikasi dengannya. Padahal si pria hanya bercanda, akan tetapi anggapan si wanita beda lagi. Bebarapa hari, entah seminggu mereka tidak berkomunikasi. Si pria pun berusaha untuk meminta maaf dengan berbagai macam cara. Ia banyak tanya ke teman deket si wanita yang melalui facebook juga mengenai karakteristik wanita itu bagaimana. Alasannya agar si pria bisa mengambil sikap dalam berkata-kata supaya tidak membuat si wanita tersinggung.
Ternyata wanita itu sangat peka terhadap perasaannya, sedikit saja tergores hatinya maka akan sulit untuk terobati. Kini baru sadar kalau pria itu harus berhati-hati dalam berkata terhadap seorang perempuan dan ia pun berjanji pada dirinya sendiri supaya tidak akan lagi bersikap kasar terhadap seorang wanita. Begitu juga sikap yang diambil kepada wanita itu. Si pria meminta maaf kepada si wanita dan berjanji tidak akan pernah lagi kasar terhadapnya.
Komunikasipun terus berjalan dan kembali normal seperti biasanya. Si pria bersikap lebih hati-hati sekarang karena takut keceplosan lagi berkata-kata yang membuat hati si wanita teriris. Hingga suata hari sudah saatnya mereka untuk saling mengenal lebih dekat lagi. Ada satu harapan di antara mereka jikalau mereka berteman tidak hanya sekedar di dunia maya, akan tetapi terealisasi di dunia nyata juga.
Di saat keduanya libur kuliah, mereka mempunyai kesepakatan untuk bisa bertemu secara langsung, cuma si wanita meminta tidak hanya dia seorang untuk bertemu si pria. Si wanita meminta teman-temannya untuk bisa diajak ikut bertatap muka langsung. Dengan kesepakatan si wanita bawa 3 orang temannya dan si pria sendirian akhirnya mereka pun mengisi liburan kuliah di Bazar Buku Nasional yang diadakan di kota Bogor.
Mungkin disebabkan di dunia maya mereka sudah saling akrab, di dunia nyatapun demikian. Berjalan-jalan mereka mengelilingi bazar itu bersamaan, saling canda dan tawa, keceriaan menghampiri mereka sambil melihat-lihat koleksi buku-buku terbagus dan best seller. Diharapkan mereka juga bisa menulis buku layaknya seorang penulis yang sudah diterbitkan bukunya di bazar itu.
Ketika rasa lelah sudah menghampiri mereka, mereka pun sepakat untuk beristirahat sejenak sekalian menunaikan shalat Dzuhur di Masjid tidak jauh dari tempat bazar digelar. Pertama si wanita lebih dulu mengambil air wudhu, ketika keluar dari kamar mandi dilihatnya wanita itu dengan wajah yang begitu bersinar memancarkan keceriaan dan wajah yang penuh semangat di iringi senyuman yang begitu menarik perhatian bagi siapa saja yang melihatnya bak bidadari yang turun dari khayangan.
Sejenak si pria menyaksikan pemandangan itu dengan hati sedikit bergetar. Mungkinkah ini yang dimaksud sebagai getaran cinta pada pandangan pertama? “Astagfirullah.....!” sambil mengusap mukanya pria itu lalu bergegas pergi mengambil air wudhu.
*Kelanjutannya bagaimana ya?
Apa mungkin si pria benar-benar jatuh cinta kepada si wanita? Bagaimana dengan sikap si wanita yang memandang si pria hanya sebatas adik kelas yang butuh bimbingan belaka untuk menjadi lebih baik. Jikalau si pria menyatakan cintanya kepada si wanita apakah si wanita akan menerimanya?
Dapatkan kisah selengkapnya dalam acara Launching Novel yang belum ada judul ini di Tahun 2012. Siapa tahu keburu kiamat jadi tidak kesampaian launcingnya.....hehehe
Nb : Cerita ini hanya fiktif belaka, apabila ada kesamaan tokoh atau kejadian mungkin hanya sekedar kebetulan belaka.
Oleh: Mamat Munandar (Profile)